Sebelum Gojek, Malaysia Izinkan Startup Ojek Online Lokal Beroperasi
Pemerintah Malaysia membolehkan startup berbagi tumpangan (ride hailing) seperti Gojek dan Grab menguji coba layanan ojek online di Lembah Klang mulai tahun ini. Namun, perusahaan rintisan lokal, Dego Ride lebih dulu menjajal pasar di negara tersebut.
Sekitar 700 mitra pengemudi ojek online Dego Ride menyediakan layanan per Rabu (1/1) lalu. Namun, layanan itu baru bisa diakses di beberapa wilayah seperti Lembah Klang, Shah Alam, Putrajaya, dan Kuala Lumpur.
Pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Dego Ride Nabil Feisal Bamadhaj mengatakan, ada lebih dari 4 ribu orang yang mendaftar menjadi mitra pengemui. "Di bawah Dego Ride, pengemudi pria dan wanita akan melayani penumpang yang jenis kelaminnya sama,” kata dia dikutip dari Strait Times, Rabu (1/1) lalu.
Dego Ride mengenakan biaya RM3 atau sekitar Rp 10.167 untuk perjalanan minimal tiga kilometer (km). Setelah itu, jarak per kilometernya dikenakan tarif RM 1 atau sekitar Rp 3.389.
"Kami meminta lebih banyak pengendara wanita untuk bergabung, karena ada permintaan yang tinggi dari penumpang wanita untuk koneksi last-mile mereka," kata Nabil.
(Baca: Gojek Bisa Uji Coba Layanan Ojek Online di Malaysia pada Januari 2020)
Startup lokal itu sebenarnya sudah beroperasi sejak 2016. Namun, pemerintah Malaysia melarang layanan ojek online pada 2017. Sebab, jasa ini dinilai melanggar izin terkait penggunaan kendaraan pribadi dan Undang-undang (UU) Transportasi Jalan (APJ) 1987.
Nabil menjelaskan, sepeda motor 150 cc yang diizinkan untuk menyediakan layanan ojek online. Namun, kendaraan yang dimodifikasi tidak diperbolehkan.
Ia pun berharap perusahaannya dapat memperluas layanan ke negara lain dalam waktu dekat. (Baca: Sudah Hadir Sejak 2012, Grab Baru Luncurkan Ojek Online di Malaysia)