Dibuka Melemah Akibat Virus Corona, Rupiah Masih Berpotensi Menguat
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa (28/1) kembali dibuka melemah. Rupiah dibuka pada level Rp 13.621 per dolar Amerika Serikat (AS), atau turun 0,04% dibanding level penutupan kemarin Rp 13.615 dipicu sejumlah sentimen, salah satunya penyebaran virus corona yang semakin masif.
Selain rupiah, beberapa mata uang Asia menunjukkan pelemahan terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg, yen Jepang turun 0,06% bersamaan dengan dolar Hong Kong 0,03%, dolar Taiwan 0,25%, rupee India 0,15%, ringgit Malaysia 0,55%, dan baht Thailand 0,18%.
Sedangkan dolar Singapura naik 0,01% diikuti won Korea Selatan dan peso Filipina naik 0,02%, dan yuan Tiongkok 0,46%.
(Baca: BI Optimistis Ekspor Meningkat Tahun Ini karena Ditopang Dua Faktor)
Vice Presiden Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, virus corona masih menjadi kekhawatiran investor dan pasar saat ini. "Tapi penurunan yield atau tingkat imbal hasil obligasi AS bisa mendorong penguatan kembali nilai tukar emerging markets, termasuk Indonesia," ujar Tjendra kepada katadata.co.id, Selasa (28/1).
Tjendra menyebut, imbal hasil obligasi AS terutama untuk bertenor 10 tahun turun ke level 1.60%. Ini merupakan level terendah sejak 10 Oktober 2019.
(Baca: Rupiah Melemah 0,24% Akibat Investor Global Khawatirkan Virus Corona)
Penurunan yield obligasi AS, salah satunya disebabkan oleh pembelian yang masif karena virus corona. Selain itu juga karena ekspektasi kebijakan Bank Sentral AS The Federal Reserve atau The Fed juga dinilai masih cukup longgar di 2020.
"The Fed akan memberikan keputusan mengenai kebijakan moneter pada Kamis (30/1) jam 2 dinihari WIB," kata dia.
Oleh sebab itu, Tjendra pun memperkirakan rupiah hari ini bakal diperdagangkan di level Rp 13.600 - 13.640 per dolar AS.