Pasokan Listrik Hampir 100 GW 2024, Kementerian ESDM Yakin Terserap
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan tambahan kapasitas pembangkit listrik hingga 2024 sebesar 27,38 gigawatt (GW) dari kapasitas tahun lalu sebesar 69,6 GW. Ini berarti total kapasitas pembangkit listrik Indonesia hingga 2024 mencapai 96,98 GW.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana menjelaskan sebesar 20,62 GW dari tambahan kapasitas tersebut berasal dari program 35 ribu megawatt (MW). Sisanya diambil dari proyek pembangkit listrik Fast Tracking Project (FTP) yang sempat mangkrak.
Adapun, bauran energi dari pembangkit listrik itu terdiri dari energi fosil sebesar 67% dan Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai 33%. Sedangkan investasi yang dibutuhkan sekitar US$ 36 miliar terdiri dari pembangkitan non EBT sebesar US$ 17,89 dan EBT sebesar US$ 18,6 miliar.
(Baca: Konglomerat Australia Minat Investasi PLTA 10 Ribu MW di Kalimantan)
Dia mengatakan pembangunan pembangkit tersebut telah disesuaikan dengan suplai and permintaan. Pembangunan tersebut juga rencananya untuk memasok kebutuhan bisnis, pariwisata dan industri.
“Kami telah memplot pasokan listrik dengan potensi demand. Alhamdulillah kebutuhan demand ke depan tercukupi, termasuk pembangunan smelter. Sehingga tidak perlu khawatir jika terjadi kelebihan pasokan,” kata Rida dalam RDP bersama Komisi VII, DPR, Rabu (5/2).
Rida menyebut pembangkit listrik terpasang pada 2019 mencapai hampir 70 GW. Capaian tersebut didominasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang mencapai 60%.
Selama 2015 hingga 2019, pemerintah telah berhasil meningkatkan kapasitas pembangkit listrik mencapai 15 GW. Adapun sebagian diantaranya berasal dari program 35 ribu MW.
Selain pembangkit listrik, pemerintah merancang pembangunan jaringan transmisi selama lima tahun ke depan mencapai lebih dari 19.000 kilometer sirkit (kms) dengan total investasi sebesar US$ 7,16 miliar. Pemerintah juga pembangunan tambahan Gardu Induk (GI) dalam lima tahun ke depan sebesar 38,607 mega volt ampere (mva) dengan total invetasi mencapai US$ 5,54 miliar.
(Baca: Gasifikasi Pembangkit Listrik, PLN Hemat Biaya Operasional Rp4 Triliun)