Imbal Hasil Melejit, Pasar Obligasi Terseret Kejatuhan Bursa Saham

Pingit Aria
13 Maret 2020, 12:32
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/3/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari Senin (2/3/2019) sore, ditutup melemah 91,46 poin atau 1,68 persen ke posisi 5.361,25. Se
ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/3/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari Senin (2/3/2019) sore, ditutup melemah 91,46 poin atau 1,68 persen ke posisi 5.361,25. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 bergerak turun 20,21 poin atau 2,3 persen menjadi 859,33, melemah setelah pengumuman dua orang Warga Negara Indonesia (WNI) positif terkena virus Covid-19 (Corona Virus Desease).

Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka langsung turun 5,01% pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (13/3). Di tengah ketidakpastian global akibat virus corona, bagaimana kinerja pasar obligasi?

Selain di pasar saham, aksi jual juga terjadi di pasar obligasi Indonesia. Akibatnya, imbal hasil obligasi naik dan membuat harganya turun. Yield obligasi tenor 10 tahun kemarin naik 26,9 basis poin menjadi 7,248%. Ini adalah level yield tertinggi sejak 19 Desember 2019.

Advertisement

Pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun. Saat harga sedang turun, itu artinya sedang terjadi aksi jual di pasar obligasi.

Sebelumnya, koreksi pada pasar surat utang saat ini membuat pemerintah membatalkan lelang pembelian kembali surat utang negara (SUN) dengan cara penukaran (debt switch), Kamis (12/3).

Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), Kementerian Keuangan, kepemilikan asing di SBN cenderung menurun. Pada Rabu (11/3), kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 1.015 triliun. Angka tersebut turun Rp 33 triliun dari posisi di akhir Februari yang mencapai Rp 1.048 triliun.

(Baca: Meski Bursa Anjlok, 5 Emiten Masih Catatkan Kenaikan Signifikan)

Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga menilai pemerintah membatalkan lelang debt switch karena kondisi pasar keuangan termasuk pasar surat utang sedang dilanda ketidakpastian. Seperti bursa saham, pasar obligasi juga dilanda sentimen negatif akibat pandemi virus corona.

Saham

Anjlok seketika setelah dibuka, Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung mmeberlakukan trading halt selama 30 menit pada 09.15 WIB. Perdagangan saham kembali dilanjutkan pada pukul 09.45 WIB. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement