Paket Stimulus Ekonomi Dianggap dapat Bantu Efek Corona
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyiapkan tiga timulus menghadapi pandemi virus corona atau Covid-19 di Indonesia. Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan menilai paket stimulus memang diperlukan Indonesia untuk mencegah ekonomi makin merosot dampak dari corona.
Sri Mulyani saat ini menyiapkan stimulus paket ketiga untuk kesehatan masyarakat, jaring pengaman sosial dan dukungan untuk industri usaha yang terkena dampak corona. Sebelumnya, Kemenkeu mengumumkan dua paket kebijakan stimulus yakni untuk mendukung sektor pariwisata, sektor industri, dan daya beli masyarakat dengan nilai masing-masing Rp 10,3 triliun dan Rp 22,9 triliun.
(Baca: Sri Mulyani Siapkan Stimulus Jilid III untuk Redam Penyebaran Corona)
Pingkan mengatakan paket stimulus tersebut diperlukan untuk mencegah ancaman resesi global. Dia menilai, ancaman resesi global nyata karena terjadi gangguan rantai suplai global, melemahnya permintaan dan layanan ekspor-impor, serta menurunnya aktivitas bisnis di berbagai negara.
"Perlu stimulus untuk mencegah dampak negatif jangka panjang dari perlambatan ekonomi global yang saat ini tengah berlangsung," kata Pingkan dalam siaran pers, Kamis (19/3).
Selain stimulus fiskal, menurut Pingkan, kebijakan moneter yang diambil bank sentral perlu memperhatikan aliran kredit agar tersalurkan ke sektor ekonomi riil. "Terlebih melihat kondisi Rupiah yang pada hari ini melemah terhadap dollar AS hingga mencapai Rp 16.038,” kata Pingkan.
(Baca: Menyorot Tiga Jilid Stimulus Ekonomi di Tengah Pandemi Corona)
Sementara itu Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Pieter Abdullah menyatakan stimulus yang ditujukan untuk menahan perlambatan ekonomi tidak akan efektif selama virus corona masih dalam tren peningkatan.
“Sebaiknya pemerintah fokus kepada upaya penanggulangan agar wabah virus corona dapat dihentikan. Stimulus hendaknya diutamakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan,” kata dia kepada katadata.co.id, baru-baru ini.
Hal senada disampaikan Mantan Menteri Ekonomi era Susilo Bambang Yudhoyono, Chatib Basri, yang menyarakankan perubahan kebijakan fiskal seiring pemberlakuan social distancing.
Dalam tulisan di akun Facebook pribadinya, ia menjelaskan, jika orang mengurangi aktivitas-nya termasuk pergi berbelanja, menghindari keramaian, kontak, maka pola kebijakan yang tujuannya mendorong permintaan melalui belanja tidak akan efektif.
Walau memiliki uang, orang akan mengurangi aktivitas belanjanya, kecuali melalui online. Namun, pergeseran belanja ke online relatif terbatas, karena barang online juga akan tergantung kepada pasokan. Dalam kondisi ini, ia merekomendasikan lima arah kebijakan salah satunya memberikan bantuan sosial kepada kelompok ekonomi menengah bawah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
(Baca: Ekonomi Terimbas Covid-19, Kadin Minta Insentif Fiskal Diperluas)