Profesor UI: Virus Corona Hilang Saat Kemarau hanya Mitos
Beredar informasi bahwa virus corona akan menghilang di Indonesia setelah memasuki musim kemarau. Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Hasbullah Thabrany mengatakan kabar itu merupakan mitos.
Negara tropis seperti Brasil yang suhunya dinilai lebih panas dibanding Indonesia, jumlah kasus positif virus corona-nya tetap tinggi. Berdasarkan data John Hopkins, kasus Covid-19 di Negeri Samba ini mencapai 8.066 per Pukul 14.43 WIB.
"Itu mitos. Tidak ada bukti bahwa suhu udara lebih dari 30 derajat celcius maka virus hilang,” ujar Hasbullah dalam acara Live Q&A Facebook, Jumat (3/4). (Baca: Ilmuwan AS Peringatkan Virus Corona Berpotensi jadi Penyakit Musiman)
Walaupun, saat ini Indonesia mulai memasuki musim hujan dan jumlah kasus virus corona mencapai 1.790 per kemarin. “Janganlah percaya dan membuat kita lengah," kata dia.
Covid-19 merupakan virus baru, karena itu, belum ada bukti empiris bahwa cuaca memengaruhi penyebaran pandemi corona.
Sepengetahuannya, pemerintah dan beberapa peneliti sudah mengkaji pandemi corona dengan berbagai skenario. Berdasarkan kajian itu, virus akan hilang dalam kurun waktu tiga sampai empat bulan setelah kasus pertama.
(Baca: Prediksi 5 Lembaga soal Corona di Indonesia: Paling Cepat Mereda Mei)
Di Tiongkok, penyebaran dimulai akhir Desember dan mulai menurun saat ini. Di Korea pun cenderung berkurang kasusnya.
"Bagaimana di Indonesia? Masalahnya masyarakat sulit disiplin. Beda dengan Korea dan Tiongkok," kata Hasbullah. Alhasil, pandemi corona berpotensi lebih lama di Indonesia.
Sebelumnya sempat beredar informasi di media sosial, virus corona yang bisa mati pada suhu 26-27 derajat. Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pun sempat menyebut virus Corona tak cocok hidup di Indonesia karena tak kuat hidup di cuaca panas. Luhut menyampaikannya dalam konferensi pers usai rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis (2/4).
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sebenarnya sudah memberikan stembel disinformasi pada pesan itu. Sebab, Wakil Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekular Eijkman Herawati Sudoyo menjelaskan, belum ada penelitian mengenai hal tersebut. Virus memang bisa mati pada suhu 56 derajat selama 30 menit.
(Baca: Temukan 405 Hoaks soal Corona, Kominfo Tak Berencana Blokir Internet)
Namun Herawati meragukan bila disebut bahwa virus akan menghilang jika terkena sinar matahari. Lagi pula, suhu di Indonesia tidak sampai 56 derajat celsius.
Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa lampu sinar ultraviolet sekalipun tidak mampu membunuh virus corona. Karena itu, Kominfo mengategorikan informasi itu sebagai disinformasi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang sempat menyampaikan bahwa cuaca bisa memengaruhi pandemi corona, namun bukan menghilangkan virusnya. Yang paling utama menurutnya, masyarakat disiplin menjaga jarak fisik (physical distanding) dengan orang lain.
"Skenario jaga jarak yang sesuai protokol kesehatan dengan kedisiplinan yang kuat, saya kira akan berpengaruh besar terhadap jumlah yang positif Covid-19. Kalau dilihat dengan musim yang ada sekarang, saya kira cuaca juga sangat memengaruhi berkembangnya virus ini," kata dia saat video conference, kemarin.
(Baca: Positif Corona Dunia Tembus 1 Juta, Tiongkok Waspada Gelombang Kedua)