Cerita Gubernur BI Kucurkan Rp 114 Triliun di Masa Kritis Kurs Rupiah

Agatha Olivia Victoria
7 April 2020, 17:08
Karyawan menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Berkat gelontoran dana dari Bank Indonesia (BI) sebesar US$ 7 miliar sejak Maret 2020, rupiah menguat.
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj.
Karyawan menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Berkat gelontoran dana dari Bank Indonesia (BI) sebesar US$ 7 miliar sejak Maret 2020, rupiah menguat.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Wajiyo menyebut bank sentral telah menggelontorkan US$ 7 miliar atau sekitar Rp 114 triliun dari cadangan devisa untuk menstabilkan nilai tukar rupiah sejak Maret 2020. Alhasil, nilai tukar rupiah berbalik menguat saat ini.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah menguat 1,29% ke level Rp 16.200 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pasar spot, Selasa (7/4). Penguatan tersebut merupakan yang paling tinggi di antara seluruh mata uang Asia.

Sementara, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) rupiah berada di level Rp 16.410, turun 104 poin.

"Sekarang bid dan offer berjalan secara baik dan juga rupiah bergerak stabil dan cenderung menguat," kata Perry dalam konferensi video di Jakarta, Selasa (7/4).

Perry menjelaskan, cadangan devisa sebesar US$ 7 miliar untuk stabilisasi nilai tukar rupiah tersebut digelontorkan pada pekan kedua dan ketiga Maret 2020.

Alasannya, pada dua pekan tersebut investor global cenderung mengalami kepanikan dan mendorong pelepasan saham dan obligasi. Meski begitu, ia mengatakan, saat ini BI terus berkomunikasi dengan para investor global.

(Baca: Stabilkan Nilai Rupiah, Cadangan Devisa Maret Turun US$ 9,4 Miliar)

Selain untuk stabilisasi nilai tukar, cadangan devisa juga digunakan untuk membayar utang pemerintah yang jatuh tempo sebesar US$ 2 miliar. Intervensi yang dilakukan BI ini membuat cadangan devisa pada Maret 2020 menjadi US$ 121 miliar, berkurang US$ 9,4 miliar dari posisi Februari 2020 yang sebesar US$ 130,4.

Meski demikian, menurut Perry, penurunan cadangan devisa ini tidak sia-sia. Sebab, dengan nilai tukar rupiah yang cenderung menguat seperti saat ini, kebutuhan intervensi dari BI ke depan tentunya akan semakin menurun.

"Sehingga cadangan devisa kita berangsur stabil dan alami peningkatan dewasa ini, kata Perry.

Maka dari itu, Perry meyakini rupiah akan semakin menguat ke depan. Perkiraannya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan naik ke level Rp 15.000 hingga akhir tahun ini.

Selain rupiah, mayoritas mata uang Asia juga tercatat menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang tercatat menguat 0,26%, dolar Singapura menguat 0,52%, dolar Taiwan menguat 0,33%, won Korea Selatan menguat 0,69%, peso Filipina menguat 0,12%, rupee India menguat 0,43%, yuan Tiongkok menguat 0,46%, ringgit Malaysia menguat 0,48%, dan baht Thailand menguat 0,33%.

Dari mata uang Asia, hanya dolar Hong Kong yang tercatat melemah terhadap dolar AS, yakni sebesar 0,01%.

(Baca: BI: Cadangan Devisa Cukup untuk Redam Kejatuhan Rupiah saat Corona)

Reporter: Agatha Olivia Victoria

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...