Mengenali Tiga Tipe Mutasi Covid-19 yang Berbeda di Berbagai Negara

Sorta Tobing
13 April 2020, 15:12
virus corona, virus korona, Covid-19, pandemi corona, mutasi virus corona, mutasi Covid-19, tipe virus corona, tipe Covid-19
ANTARA FOTO/REUTERS/Carl Recine/AWW/dj
Ilustrasi. Peneliti di Inggris dan Jerman menemukan virus Covid-19 telah bermutasi menjadi tiga tipe, yaitu varian A, B, dan C.

Peneliti di Inggris dan Jerman menemukan ada tiga tipe virus Covid-19 yang sedang menginfeksi lebih 1,8 juta penduduk dunia saat ini. Ketiganya mereka beri label A, B, dan C.

Melansir dari situs Universitas Camridge, varian A paling dekat dengan virus corona yang ditemukan pada kelelawar di Wuhan, Hubei, Tiongkok, tempat awal wabah terjadi pada Desember 2019. Namun anehnya, varian ini bukan penyebab infeksi besar terjadi di kota tersebut. Varian A justru banyak ditemukan pada pasien di Amerika dan Australia.

Yang banyak ditemukan di Asia Timur justru Covid-19 tipe B. Varian ini tidak melakukan banyak perjalanan. Para peneliti menduga adanya resistensi terhadap tipe B di luar wilayah itu.

Lalu, varian C merupakan tipe virus corona yang banyak menginfeksi wilayah Eropa. Pasien awal yang berasal dari Prancis, Italia, Swedia, dan Inggris tekena virus ini. Tidak ditemukan sampel di daratan Tiongkok, namun pasien serupa ada di Singapura, Hong Kong, dan Korea Selatan.

Penulis utama penelitian ini Doktor Peter Forster mengatakan, para ilmuwan telah memetakan beberapa penyebaran asli virus corona melalui mutasi. Data sampelnya diambil di seluruh dunia untuk kasus yang terjadi pada 24 Desember 2019 sampai 4 Maret 2020. Hasilnya, ada tiga garis keturunan virus yang berbeda.

(Baca: Universitas Oxford Targetkan Vaksin Corona Tersedia Bulan September)

Varian A digambarkan sebagai penyebab terjadinya wabah. Lalu, yang B berasal dari A tapi dipisahkan dua mutasi. Terakhir, tipe C yang disebut “anak” dari varian B.

Mutasi virus corona ini bergerak dengan cepat. Karena itu, penelitian memakai algoritma jaringan matematika untuk memvisualisasikan semua pohon keluarga virus tersebut dengan masuk akal.

“Teknik ini lebih dikenal untuk memetakan pergerakan populasi manusia prasejarah melalui DNA,” kata ahli genetika dari Universitas Cambridge itu, Kamis (9/4). “Kami pikir ini adalah pertama kalinya teknik tersebut digunakan untuk melacak rute infeksi virus corona, seperti Covid-19.”

Temuan ini telah diterbitkan dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences pada pekan lalu. Perangkat lunak yang digunakan untuk penelitian ini tersedia gratis di situs fluxus-technology.com.

Para peneliti menyakini teknik jaringan genetik yang mereka terapkan dapat melacak rute infeksi dengan akurat. Misalnya, soal jalan awal masuknya virus ke Italia berasal dari Jerman. Sedangkan rute infeksi awal di Negeri Pizza lainnya terkait dengan kluster kasus di Singapura.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...