Daya Beli Masyarakat Rendah Akibat Corona, Inflasi April Hanya 0,08%
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada April 0,08% secara bulanan (month to month/mtm) dan 2,67% secara tahunan. Inflasi bulan lalu lebih rendah dibanding pada Maret 0,10% maupun April tahun lalu yang sebesar 0,44%.
Dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) terdapat 39 kota yang mengalami inflasi dan 51 kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bau-Bau 0,88%, terendah di Cirebon, Depok, dan Balikpapan masing-masing 0,02%. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Pangkalpinang sebesar 0,92% dan terendah di Bogor dan Semarang 0,02%.
Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, inflasi pada bulan April dinilai tak biasa. Pasalnya, pola historis, menjelang ramadan dan Lebaran inflasi umumnya meningkat.
"Tahun ini berbeda. Akibat Covid-19 pola konsumsi berubah, melambat dibanding sebelumnya," kata dia.
Perlambatan inflasi menurutnya disebabkan oleh beberapa faktor. Seperti, terjaganya pasokan pangan sehingga harganya stabil. Di sisi lain, terjadi penurunan permintaan barang dan jasa seiring diterapkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sehingga daya beli menurun.
(Baca: Corona Hambat Produksi & Distribusi Barang, Inflasi April Diramal Naik)
"Bila dicermati dari inflasi inti yang rendah, ada penurunan daya beli rumah tangga," ujar Suhariyanto dalam konferensi video di Jakarta, Senin (4/5).
Berdasarkan komponennya, inflasi inti tercatat hanya 0,17%. Inflasi harga diatur pemerintah 0,14% dan inflasi harga bergejolak 0,09%.
Sedangkan menurut kelompok pengeluaran, inflasi kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami peningkatan cukup besar yakni 1,2% dengan andil 0,07%. Tingginya inflasi kelompok disebabkan adanya kenaikan harga emas perhiasan.
Suhariyanto menyebut kenaikan harga emas memiliki andil 0,06% dalam kelompok ini. "Harga emas naik di 87 kota inflasi seperti di Semarang emas naik 16%," ujar dia.
Selain itu, inflasi juga terlihat pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi 0,09% dengan andil 0,02%. Beberapa komoditas yang memberi andil yakni bawang merah 0,08%, gula pasir 0,02%, minyak goreng, rokok kretek filter, rokok putih, dan beras masing-masing 0,01%.
Sedangkan komoditas yang memberi andil deflasi yakni cabai merah 0,08%, daging ayam ras 0,05%, dan bawang putih 0,02%.
(Baca: Harga Cabai & Ayam Turun pada Pekan Keempat, BI Ramal Inflasi 0,18%)
Selanjutnya, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami inflasi 0,09% dengan andil 0,02%. Komoditas yang menyumbang inflasi adalah bahan bakar rumah tangga 0,01%.
Kemudian kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemerliharaan rutin rumah tangga dan kelompok kesehatan memberi andil inflasi masing-masing 0,01% dengan kenaikan 0,09% dan 0,23%.
Lalu, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran mengalami inflasi 0,18% dengan andil 0,02%. "Sub kelompok jasa penyediaan makanan dan minuman memberi andil terbesar yakni 0,18%," ujarnya.
Deflasi
BPS juga mencatat, terdapat beberapa kelompok yang mengalami penurunan harga. Kelompok transportasi dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi 0,42% dan 0,34%, dengan andil deflasi masing-masing 0,05% dan 0,02%.
Untuk komoditas yang dominan pada kelompok transportasi yakni adanya penurunan tarif angkutan udara yang memberi andil deflasi 0,05%. Ini terjadi karena adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan larangan mudik.
Alhasil, permintaan jasa angkuatan udara menurun. Di Manado, terjadi penurunan harga tiket pesawat sebesar 24% dan di Lhoksemauwe turun 20%.
(Baca: BI Ramal Inflasi April 0,2%, Ditopang Kenaikan Harga Emas dan Bawang)
Suhariyanto melanjutkan, komoditas yang menyebabkan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yakni adanya penurunan biaya pulsa ponsel di beberapa provider dengan andil 0,02%.
Kendati demikian, kelompok pakaian dan alas kaki, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya, serta kelompok pendidikan sama sekali tak memberi andil inflasi. "Ini berarti tak ada yang belanja pakaian dan alas kaki pada April lalu," katanya.