Kemiskinan di RI Diramal Bertambah 8,5 Juta Orang Imbas Pandemi Corona
Center for Indonesian Policy Studies atau CIPS memperkirakan jumlah penduduk miskin di Indonesia hingga 8,5 juta jiwa tahun ini akibat pandemi corona. Pasalnya, berbagai upaya pembatasan untuk menghentikan penularan virus telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat signifikan.
Peneliti CIPS Felippa Ann Amanta menjelaskan bahwa akibat pandemi ini ekonomi Indonesia berpotensi hanya tumbuh 2,1% atau bahkan tumbuh 0%. Menurutnya, ini akan menambah tingkat kemiskinan antara antara 9,7 - 12,4% atau 1,3 - 8,5 juta jiwa.
"Ini karena banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK), karyawan dirumahkan dan sebagainya," kata Felippa pada sebuah acara diskusi daring di Jakarta, Rabu (6/5).
(Baca: Sri Mulyani: Covid-19 Ciptakan Lonjakan Kemiskinan Hanya dalam 2 Bulan)
Untuk mempercepat pemulihan ekonomi pasca Covid-19, menurut dia pemerintah perlu mengintensifkan kinerja perdagangan internasional. Pasalnya, sejarah mencatat, negara-negara yang memperkuat perdagangan internasional memiliki produktivitas dan ketahanan ekonomi yang lebih baik.
Sedangkan negara yang menutup diri dari perdagangan internasional akan sangat kesulitan untuk bangkit dari krisis ekonomi.
"Sejarah membutikan negara yang membuka perdagangan internasional cenderung memiliki kebijakan ekonomi yang lebih tepat, inovatif, produktivitas dan pendapatannya lebih meningkat," kata Felippa.
Sebelumnya, Center of Reform on Economics (CORE) memperkirakan jumlah pengangguran terbuka pada kuartal II 2020 akan bertambah 4,25 juta orang. Angka tersebut merupakan proyeksi yang dibuat CORE berdasarkan skenario ringan dampak pandemi corona.
(Baca: Sebanyak 12 Juta Orang Indonesia Berpotensi Jatuh Miskin akibat Corona)
Sementara pada skenario sedang akan terdapat tambahan 6,68 juta orang yang menganggur, sedangkan pada skenario berat sebanyak 9,35 juta orang. Lembaga tersebut menilai, kenaikan jumlah pengangguran terbukan bukan hanya disebabkan oleh perlambatan atau penurunan ekonomi.
"Melonjaknya pengangguran terbuka juga disebabkan oleh perubahan perilaku masyarakat terkait pandemi Covid-19 dan kebijakan pembatasan sosial, baik dalam skala kecil maupun skala besar," tulis CORE dalam keterangan resminya, Kamis (16/4).
CORE memprediksi ekonomi pada tahun ini hanya akan tumbuh 2%, bahkan berpotensi negatif 2%. Adapun penambahan jumlah pengangguran paling besar akan terjadi di Pulau Jawa. Dalam skenario ringan, jumlahnya mencapai 3,4 juta orang. Sementara pada skenario sedang mencapai 5,06 juta orang dan skenario berat 6,94 juta orang.
(Baca: Indonesia dalam Pusaran Gelombang Angka Kemiskinan Dunia)
Padahal, sejak Indonesia pulih dari krisis ekonomi 1997/98, tingkat kemiskinan yang sempat mencapai 24,2% terus berangsur turun menjadi hanya satu digit pada 2019 sebesar 9,2%. Tren penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia dapat dilihat pada databoks berikut.