Perang Dagang dengan Tiongkok Panas Lagi, Perusahaan AS Terancam Rugi

Image title
2 Juni 2020, 18:56
Perang Dagang Cina Amerika
Lightwise/123RF.com
Ilustrasi perang dagang AS-Tiongkok.

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok berpeluang kembali terjadi di tengah pandemi corona. Hubungan kedua negara mengalami eskalasi lagi setelah Undang-Undang Keamanan Hong Kong disahkan Kongres Rakyat Nasional Tiongkok, Kamis (28/5). Buntutnya sampai ke hubungan dagang kedua negara.

Tiongkok menghentikan impor kedelai dan daging babi dari AS sebagai balasan atas Presiden AS Donald Trump yang memulai proses penghapusan status khusus Hong Kong. Melansir berita Bloomberg Senin (1/6), penghentian impor akan dilakukan perusahaan BUMN Tiongkok, yakni Cofco dan Sinograin. Meskipun begitu, perusahaan swasta masih bisa mengimpor dua produk tersebut dari AS.

Seorang sumber pemerintah Tiongkok bicara kepada Reuters, kemarin (1/6), bila AS tetap melanjutkan proses penghapusan status khusus Hong Kong maka Beijing bisa mensetop seluruh impor produk pertanian Paman Sam.

Tiongkok selama ini memang turut menikmati status khusus Hong Kong dalam Akta Kebijakan AS-Hong Kong yang berlaku sejak 1992. Hong Kong menjadi gerbang utama Tiongkok ke seluruh dunia dan tempat perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan Beijing mengumpulkan uang. Data Bloomberg pada 2019 menyatakan, 12% ekspor Tiongkok pergi ke atau melewati Hong Kong.

(Baca: Balas Trump, Tiongkok Minta BUMN Setop Impor Babi-Kedelai dari AS)

Oleh karena itu, seperti kata Direktur SOAS China Institute Universitas London, membiarkan status khusus Hong Kong dianulir AS sama saja dengan merelakan bom nuklir jatuh di Tiongkok. Begitupun sama saja membiarkan “awal kematian Hong Kong sebagai pusat bisnis.”

Keputusan Tiongkok ini bertentangan dengan perjanjian fase I yang ditandatangani dengan AS pada Januari lalu. Perjanjian ini pun terancam batal. Tiongkok saat itu sepakat untuk membeli barang AS senilai US$ 200 miliar. Termasuk di dalamnya pembelian produk pertanian dan makanan laut senilai US$ 32 miliar.

Untuk mencapai kesepakatan itu, Tiongkok dan AS memasang target setiap tahun. Untuk produk pertanian senilai US$ 12,5 miliar di tahun pertama dan dilanjutkan dengan US$ 19,5 miliar di tahun setelahnya.

Sebelum Tiongkok melancarkan serangan terbaru ini, Pemerintahan Xi Jin Ping memang belum sepenuhnya menaati kesepakatan fase I. Data Departemen Pertanian AS menyatakan Tiongkok hanya mengimpor produk pertanian senilai US$ 3,35 miliar di tiga bulan pertama tahun ini. Angka ini terendah sejak 2007.

Meskipun begitu, sikap Trump juga tak menunjukkan itikad untuk meneruskan komitmen perjanjian fase I. Pada 4 Mei, ia mengancam akan membatalkan seluruh kesepakatan dagang jika Tiongkok tak membeli barang AS senilai US$ 200 miliar. Pada 1 Mei, ia juga mengancam akan menaikkan tarif dagang untuk Tiongkok sebagai bayaran atas penyebaran virus corona. Ia juga menyatakan tak tertarik membahas perjanjian fase II dengan Tiongkok yang direncanakan pada November nanti.  

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...