Defisit Neraca Dagang RI-Tiongkok per Mei Turun Jadi US$ 4,6 Miliar
Defisit neraca dagang Indonesia dengan Tiongkok pada periode Januari-Mei 2020 tercatat turun 3,86 miliar menjadi US$ 4,6 miliar. Penyebabnya, impor Indonesia dari Tiongkok sepanjang periode tersebut turun signifikan.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menyebut, defisit neraca dagang pada periode tersebut jauh lebih kecil dari periode yang sama tahun lalu yakni US$ 8,47 miliar.
"Meski masih mencatatkan defisit neraca dagang dengan Tiongkok sebesar US$ 4,6 miliar, namun ini jauh lebih kecil dari defisit sebelumnya," kata Suhariyanto dalam konferensi video, Senin (15/6).
Secara rinci, defisit neraca dagang Indonesia dengan Tiongkok pada kuartal I 2020 tercatat sebesar US$ 2,94 miliar. Kemudian pada April 2020 jumlahnya semakin menyusut menjadi US$ 1,54 miliar dan pada Mei 2020 US$ 122 juta.
Suhariyanto menuturkan nilai impor Indonesia ke Tiongkok pada periode Januari-Mei 2020 tercatat US$ 14,99 miliar, turun 16,95% dari US$ 18,05 miliar. Angka impor dari berbagai negara, ia katakan, kebanyakan turun akibat masih adanya pembatasan.
Berdasarkan data BPS, barang impor non-migas ke Tiongkok yang paling anjlok pada periode Januari-Mei 2020 adalah besi dan baja. Impor golongan barang tersebut turun 38,85% dari US$ 918,66 juta menjadi US$ 561,78 juta.
(Baca: Impor Makin Anjlok, Neraca Perdagangan Mei Surplus US$ 2,09 Miliar)