Harga Minyak Turun Lagi Dipicu Kekhawatiran Gelombang Kedua Covid-19
Harga minyak dunia kembali turun pada perdagangan Rabu (17/6) waktu Indonesia dipicu kekhawatiran gelombang kedua virus corona. Padahal, harga komoditas tersebut sempat naik pada sesi sebelumnya ditopang tanda-tanda pemulihan ekonomi Amerika Serikat.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 07.33 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2020 turun 1,56% ke level US$ 40,32 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2020 turun 2,27% ke level US$ 37,51 per barel.
Pada sesi sebelumnya, harga minyak naik didorong data penjualan retail di AS yang meningkat pada Mei 2020. Hal itu memberikan harapan pemulihan ekonomi secara cepat pasca pandemi. Selain itu, ada optimisme penemuan obat Covid-19 setelah uji coba penggunaan steroid generik yang menunjukkan penurunan tingkat kematian akibat virus tersebut.
Di sisi lain, International Energy Agency (IEA) memperkirakan permintaan minyak pada tahun ini berada di level 91,7 juta barel per hari (bph) atau 500.000 bph lebih tinggi dari perkiraan dalam laporan Mei 2020. Adapun, angka konsumsi itu lebih tinggi dari yang diharapkan selama kebijakan lockdown virus corona.
(Baca: Kasus Covid-19 Tembus 8 Juta, Harga Minyak Anjlok ke Level US$ 36,9)
(Baca: Harga Minyak Turun Lagi ke US$ 38 Akibat Potensi Permintaan Anjlok)
Meski begitu, harga minyak tertekan oleh peningkatan kasus Covid-19 yang menembus angka 8 juta di seluruh dunia pada pekan ini. Adapun, infeksi terbesar terjadi di Amerika Latin, Amerika Serikat dan Tiongkok.
Pemerintah Tiongkok telah mengeluarkan kebijakan pembatasan orang yang meninggalkan Beijing. Hal itu merupakan langkah untuk menghentikan penyebaran virus corona.
Di sisi lain, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan pemulihan ekonomi AS secara penuh tidak akan terjadi hingga rakyat Amerika yakin pandemi berhasil dikendalikan.
"Jika dunia memperlakukan gelombang Covid-19 kedua seperti pada paruh pertama tahun ini, maka kita berada dalam pengurangan permintaan yang tidak ada dalam perencanaan awal," ujar Kepala pasar minyak Rystad Energy Bjornar Tonhaugen dilansir dari Reuters pada Rabu (17/6).
(Baca: Harga Minyak Melemah, Dipengaruhi Lonjakan Stok Minyak AS)