Kemendag Jelaskan Penyebab Harga Tiga Komoditas Pangan Masih Tinggi

Rizky Alika
23 Juni 2020, 14:17
harga pangan, kementerian perdagangan,
ANTARA FOTO/Anis Efizudin/wsj.
Harga tiga komoditas pangan masih tinggi, yakni bawang merah, daging ayam, dan gula pasir.

Harga sejumlah komoditas pangan masih terpantau tinggi, seperti bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan gula. Sekretaris Jenderal sekaligus Plt Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Suhanto pun memaparkan penyebab tingginya harga komoditas tersebut.

Dari pemantauan harian yang dilakukan oleh Kemendag dengan Dinas Provinsi bidang perdagangan, harga rata-rata nasional barang kebutuhan pokok per Senin, 22 Juni 2020 cenderung turun dibanding bulan lalu. Di antaranya seperti gula pasir, beras medium, minyak goreng, kedelai, daging sapi, cabai, bawang merah, dan bawang putih. 

Beberapa komoditi harganya relatif stabil seperti beras premium dan tepung terigu. "Namun, ada beberapa komoditas yang masih mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya seperti daging ayam ras dan telur ayam ras," kata dia kepada katadata, Senin (23/6).

Dia mengatakan bahwa harga rata-rata nasional bawang merah per 22 Juni 2020 sebesar Rp 47.300/kg, turun 15,38% dibanding bulan lalu. Harga tersebut dinilai masih cukup tinggi dibanding kondisi normal.

(Baca: Harga Pangan Naik Imbas Corona, Pemerintah akan Hadapi Kondisi Darurat)

Harga bawang merah yang tinggi terjadi lantaran ada penurunan pasokan, salah satu indikatornya dapat terlihat dari masih berkurangnya pasokan di Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ). Adapun rata-rata pasokan PIKJ dalam seminggu terakhir sebesar 74 ton/hari, masih berada di bawah pasokan normal 98 ton/hari.

Berdasarkan informasi pelaku usaha, penurunan pasokan disebabkan oleh mundurnya masa tanam yang seharusnya pada Oktober-Desember 2019, bergeser menjadi Desember 2019-Februari 2020.

Selain itu, pada awal 2020 terjadi gagal panen akibat banjir bandang di beberapa sentra produksi serta ada penurunan produktivitas lahan hingga 50% akibat hujan yang tinggi. Hal ini berpengaruh terhadap turunnya produksi bawang merah konsumsi dan bibit.

Dia menambahkan, penurunan produksi juga berdampak pada kenaikan harga bibit. "Harga beli bibit yang tinggi berpotensi meningkatkan harga bawang merah yang akan dipanen pada periode selanjutnya," ujar dia.

(Baca: Kementan Siapkan Strategi Ketahanan Pangan Saat Normal Baru)

Suhanto mengatakan, Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) memproyeksi akan ada kenaikan pasokan pada Juni. Sebab, panen raya akan berlangsung di wilayah sentra produksi.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...