Rupiah Menguat ke 14.135 per Dolar Berkat Data Perbaikan Ekonomi AS
Nilai tukar rupiah pada perdagangan di pasar spot pagi ini, Rabu (24/6) dibuka naik 0,18% ke level Rp 14.135 per dolar Amerika Serikat. Mata uang Garuda menguat terbawa sentimen data perbaikan ekonomi AS.
Selain rupiah, mayoritas mata uang Asia turut menguat. Mengutip Bloomberg, yen Jepang naik 0,06%, dolar Singapura 0,22%, dolar Taiwan 0,14%, won Korea Selatan 0,42%, peso Filipina 0,22%, rupee India 0,5%, ringgit Malaysia 0,04%, dan baht Thailand 0,09%. Namun, dolar Hong Kong dan yuan Tiongkok tak bergerak sama sekali.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan rupiah kembali menguat terhadap dolar AS karena pasar kembali merespon positif potensi pemulihan ekonomi di tengah pandemi. "Data indeks aktivitas manufaktur dan sektor jasa yang dirilis kemarin di kawasan Eropa, Australia dan AS menunjukkan pemulihan," ujar Tjendra kepada Katadata.co.id, Rabu (24/6).
(Baca: Ekonomi AS Membaik di Tengah Ancaman Lonjakan Kembali Kasus Corona)
Dari negeri Paman Sam, Departemen Perdagangan AS menyebut penjualan rumah baru melonjak 16,6% secara tahunan menjadi 676 ribu unit pada bulan lalu. Penjualan rumah baru dihitung pada saat penandatanganan kontrak, menjadikannya sebagai indikator pasar perumahan terkemuka.
Peningkatan bulan lalu membuat penjualan hanya sedikit dari level sebelum pandemi corona. Penjualan rumah sempat anjlok 5,2% secara bulanan pada April menjadi 580.000 unit. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penjualan rumah baru, yang menyumbang sekitar 14,7% dari penjualan pasar perumahan, naik 2,9% Mei.
Sebuah laporan terpisah pada hari Selasa, perusahaan data IHS Markit menyebut indeksi hasil produksi AS, yang mnnggamparkan sektor manufaktur dan jasa, naik dari 37 pada Mei menjadi 46,8 pada Juni. Meski membaik, angka di bawah 50 masih menunjukkan kontraksi produksi sektor swasta.
(Baca: Kurs Pajak 24-30 Juni, Rupiah Melemah Terhadap 18 Mata Uang Asing)
Dengan demikian, Tjendra menilai data perbaikan ekonomi AS memberi bukti pembukaan ekonomi dibutuhkan untuk memulihkan perekonomian di tengah pandemi. Selain itu, lelang sukuk kemarin memperlihatkan minat investor yang masih tinggi terhadap Indonesia.
Pemerintah berhasil menjual surat berharga melebihi target yang berarti minat cukup tinggi. "Ini positif untuk rupiah," kata dia.
Dirinya pun menyebut ada potensi penguatan mata aung Garuda ke Rp 14.050 dengan potensi resisten Rp 14.200 per dolar AS hari ini.