Perang Dagang AS-Tiongkok Memanas, Rupiah Menguat ke 14.425 per US$
Nilai tukar rupiah pada pasar spot sore ini, Senin (13/7) menguat 0,07% ke level Rp 14.425 per dolar Amerika Serikat. Rupiah menguat di tengah memanasnya perang dagang AS dengan Tiongkok.
Tak hanya rupiah, mayoritas mata uang Asia menguat sore ini. Mengutip Bloomberg, dolar Hong Kong naik 0,03%, dolar Singapura 0,04%, dolar Taian 0,22%, won Korea Selatan 0,32%, peso Filipina 0,08%, rupee India 0,01%, dan ringgit Malaysia 0,03%.
Yen Jepang, yuan Tiongkok, dan baht Thailand melemah masing-masing 0,11%, 0,04%, dan 0,06%.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate yang dipublikasikan Bank Indonesia pada pukul 10.00 WIB juga menempatkan rupiah menguat 15 poin dibandingkan kemarin di level Rp 14.486.
(Baca: BI Sebut Tenor SBN yang Dibeli Lewat Skema Burden Sharing 5-10 Tahun)
Ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai pernyataan Presiden AS Donald Trump terkait kerja sama dagang menggerus optimisme pasar. "Menurut Trump fase kedua perjanjian dagang antara AS dan Tiongkok kemungkinan besar tidak akan terjadi," kata Josua kepada Katadata.co.id, Senin (13/7).
Peluang kesepakatan fase kedua dirusak oleh virus corona yang berasal dari Tiongkok. Trump menilai penyebaran virus corona ke seluruh dunia, termasuk AS terjadi karena Tiongkok tidak dapat menghentikan wabah.
Hal itu pun menyebabkan indeks dolar AS melemah. Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS turun 0,01% ke level 96,64.
Padahal, kata Josua, awalnya investor pasar saham AS optimis dengan adanya laporan progres terkait obat Covid-19. Salah satu perusahaan obat menyatakan bahwa pasien yang diberikan obat Remdesivir mempunyai risiko kematian yang lebih rendah dibanding dengan pasien yang diberikan perawatan standar. "Pernyataan dari perusahaan obat ini mendorong optimisme terkait perawatan pasien corona di masa depan," ujarnya.
Sebelum Covid-19 melanda dunia, kesepakatan perdagangan fase pertama antara AS dan Tiongkok telah diteken pada 15 Januari 2020. Perjanjian perdagangan awal itu diharapkan bisa meredakan perang dagang yang berlangsung sekitar dua tahun dan mempengaruhi perekonomian negara di dunia.
Perjanjian yang ditandatangani oleh Trump dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He itu memberi beberapa keuntungan bagi pihak AS. Salah satunya, berisi komitmen Tiongkok atas pembelian barang dan jasa manufaktur, energi, pertanian AS senilai US$ 200 miliar selama dua tahun dan menindak praktik-praktik yang dikritik pemerintah Trump.