Dua Pekan Melantai di Bursa, Harga Saham Emiten Baru Melambung 400%
Memasuki minggu kedua semester II 2020 terdapat 32 perusahaan yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui skema penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO).
Padahal, sejak awal Maret 2020 pasar sempat berfluktuasi tajam seiring masuknya virus corona ke Indonesia hingga dinyatakan sebagai pandemi global oleh WHO. Hal ini menciptakan ketidakpastian di pasar sehingga indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok.
Meski demikian, pandemi tidak menyurutkan perusahaan untuk melantai di bursa saham. Terbukti semester satu 2020 saja, ada 28 emiten yang melantai di bursa selama semester satu 2020. Semester kedua 2020 baru berjalan dua minggu, sudah ada empat emiten baru.
Disamping itu minat investor untuk berinvestasi pada emiten-emiten baru ini juga cukup tinggi terlihat dari pergerakan harga sahamnya yang signifikan. Seperti beberapa emiten yang baru melantai di bursa awal Juli ini yang harga sahamnya naik hingga ratusan persen walau hanya diperdagangkan selama dua minggu.
(Baca: Harga Saham Emiten Grup Sinarmas Rontok Digoyang Isu Rebutan Warisan)
Dari empat emiten yang baru melantai bulan ini, saham Pakuan Tbk mengalami kenaikan harga paling tinggi. Harga saham perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan akomodasi, real estat, aktivitas olahraga dan rekreasi lainnya ini melambung hingga 448% dari harga penawaran Rp 125 per saham menjadi Rp 685 per saham pada penutupan Selasa (14/7).
Padahal perusahaan berkode emiten UANG ini baru resmi IPO pada 6 Juli 2020 atau baru diperdagangkan selama 7 hari perdagangan. Bursa pun pada Senin (13/7) memberi label unusual market activity (UMA) pada saham ini karena lonjakan harganya yang sangat signifikan.
Berikutnya, saham Pradiksi Gunatama TBK (PGUN) yang harganya melonjak hingga 265,2% menjadi Rp 420 per saham pada penutupan kemarin dibandingkan harga penawaran perdananya di Rp 115 per saham. Perusahaan yang bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit terpadu ini resmi melantai di bursa pada 7 juli 2020.
Senasib dengan Pakuan, bursa juga melabeli UMA pada saham ini pada Jumat (10/7) seiring kenaikan harganya yang berkali-kali menyentuh batas auto-reject atas (ARA). Meskipun bursa menegaskan bahwa pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan terjadinya pelanggaran terhadap aturan pasar modal.
(Baca: Langkah KB Kookmin Bank Kuasai 67% Saham Bukopin Makin Dekat)
Berikutnya saham Megalestari Epack Sentosaraya Tbk (EPAC) meroket hingga 178,18%. Harga penawaran perdana saham EPAC Rp 110 per saham ketika IPO pada 1 Juli 2020, namun pada penutupan kemarin sudah naik menjadi Rp 306 per saham.
Adapun perusahaan ini bergerak di bidang packaging solution provider pertama di Indonesia yang mempunyai kemampuan produksi multi-platform yang memiliki kemampuan produksi multi-platform seperti kemasan fleksibel.
Berbeda dengan nasib ketiga saham ini, harga saham Boston Furniture Industries Tbk malah mengalami penurunan sebesar 16%. Pada penutupan perdagangan kemarin saham perusahaan berkode emiten SOFA ini ditransaksikan pada level Rp 84 per saham atau turun 16 poin dibandingkan harga penawaran perdananya Rp 100 per saham.
(Baca: 5 Direksinya Kompak Jual Saham, Bagaimana Kinerja BCA?)