Pandemi Corona Goyahkan Bisnis Jasa secara Global dalam Jangka Pendek
Pandemi virus corona berdampak ke berbagai sektor, termasuk ekspor jasa secara global, dalam jangka pendek. Hal ini diterangkan dalam laporan terbaru Pricewaterhouse Coopers (PwC) bertajuk "Global Economy Watch".
Dalam laporannya, PwC menyebut meluasnya virus corona, hingga ditetapkan sebagai pandemi global, membuat kestabilan yang diraih pasar ekspor jasa global menjadi goyah. Akibatnya, dalam jangka pendek muncul ketidakpastian dalam prospek ekspor jasa global ini, setelah sebelumnya sektor ini sudah terkena pukulan terkait ketegangan dagang.
PwC memprediksi dalam jangka pendek ekspor jasa global akan mengalami penurunan, terutama sektor pejalanan. Pasalnya, pembatasan perjalanan dari Tiongkok ke beberapa negara masih dibatasi, padahal Tiongkok merupakan penyumbang terbesar wisatawan mancanegara.
Sebagai gambaran. tahun 2018 saja wisatawan asal Tiongkok melakukan 150 juta perjalanan dan berkontribusi sebesar satu per lima belanja pariwisata global.
"Penurunan bergantung pada berapa lama pembatasan perjalanan berlangsung dan seberapa luas penyebaran virus tersebut," ungkap PwC dalam laporannya, Senin (16/3).
Namun, dalam jangka menengah hingga jangka panjang, PwC optimistis prospek ekspor jasa global akan positif. Optimisme ini didasarkan pada proyeksi pertumbuhan tingkat pendapatan riil negara-negara anggota G7 dan E7, yang akan menghasilkan permintaan jasa yang lebih besar.
(Baca: Impor dari Tiongkok Anjlok, Neraca Dagang Februari Surplus US$ 2,34 M)
Selain proyeksi pertumbuhan pendapatan riil G7 dan E7, terobosan teknologi, serta meluasnya koneksi internet yang cepat dan murah, dipandang PwC akan memberikan ekosisten yang mendukung munculnya jenis baru dan lebih terspesialisasi.
PwC masih melihat Amerika Serikat (AS), Inggris dan Jerman, sebagai pengekspor jasa terbesar di dunia, diikuti oleh Perancis dan Tiongkok. PwC menilai AS masih akan memegang peranan utama dalam ekspor jasa global, dengan pangsa pasar mencapai 14%, sementara Inggris dan Jerman memiliki pangsa pasar sekitar 5%-6%.
Selain menyorot prospek ekspor jasa global yang diproyeksi turun, laporan PwC juga menyorot mengenai dampak ekonomi akibat pandemi virus corona. Sorotan utama PwC adalah perekonomian Tiongkok, yang merupakan negara yang pertama kali mengalami wabah virus corona.
Territory Senior Partner PwC Indonesia Irhoan Tanudiredja memandang, posisi Tiongkok tergolong penting, karena saat ini kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global mencapai 20%, berbeda dengan saat wabah SARS melanda, di mana kontribusinya saat itu masih sebesar 10%. Sementara, kontribusinya terhadap total ekspor global mencapai 11%.
"Perlambatan ekonomi negara-negara Asia Tenggara juga akan memberikan dampak yang cukup besar bagi PDB global, mengingat gabungan perekonomian negara-negara anggota ASEAN berkontribusi 6%-7% terhadap PDB global," ujar Irhoan dalam keterangan resmi PwC, Senin (16/3).
(Baca: Terdampak Corona, Neraca Dagang Februari Diramal Surplus)