Beban Melonjak, Kuartal I Indofarma Rugi Bersih Rp 21,42 Miliar
Meski penjualan meningkat, PT Indofarma Tbk masih tak mampu mencatatkan laba sepanjang kuartal I 2020. Pasalnya, selama tiga bulan pertama tahun ini Indofarma mencatatkan kenaikan beban pokok penjualan, terutama untuk pembelian barang jadi.
Mengutip laporan keuangan dalam keterbukaan informasi, Jumat (1/5), Indofarma mampu mencatatkan penjualan sebesar Rp 148,16 miliar, naik 8,73% dibanding penjualan kuartal I 2019 yang sebesar Rp 136,26 miliar.
Penjualan Indofarma sepanjang kuartal I 2020 ditopang oleh penjualan domestik sebesar Rp 142,86 miliar, naik 6,18% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara, ekspor Indofarma tercatat mencapai Rp 5,3 miliar, melonjak 207,4% dibanding kuartal I 2019 yang sebesar Rp 1,72 miliar.
Dari segi jenisnya, penjualan domestik Indofarma masih didominasi oleh penjualan obat ethical atau obat dengan resep, sebesar Rp 118,94 miliar, naik 72,65% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Disusul oleh penjualan alat kesehatan sebesar Rp 22,73 miliar, turun 64,53% dibanding kuartal I 2019.
Sementara, penjualan ekspor Indofarma lebih didominasi oleh produk over the counter (OTC), yakni obat tanpa resep. Ekspor OTC Indofarma kuartal I 2020 tercatat sebesar Rp 5,09 miliar, melonjak 198,88% dibanding kuartal I 2019 yang sebesar Rp 1,7 miliar.
(Baca: Biaya Bahan Baku Naik, Industri Farmasi Khawatir Lonjakan Harga Obat)
Meski demikian, kinerja penjualan yang positif ini tidak diimbangi dengan performa beban pokok penjualan. Sepanjang kuartal I 2020, beban pokok penjualan Indofarma tercatat sebesar Rp 119,51 miliar, naik 37,3% dibanding kuartal I 2019 yang sebesar Rp 87,04 miliar.
Padahal, dalam akun beban pokok penjualan ini Indofarma berhasil menurunkan sejumlah pos pengeluaran, seperti biaya bahan baku yang turun 34,3%. Kemudian, biaya tenaga kerja langsung dan biaya pabrikasi masing-masing turun 12,51% dan 5,77% dibanding kuartal I 2019.
Meski mampu menurunkan sejumlah pos beban, Indofarma mencatatkan kenaikan pada pos pembelian barang persediaan jadi. Sepanjang kuartal I 2020 pembelian persediaan barang Indofarma tercatat sebesar Rp 89,59 miliar, naik 32,33% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, kinerja Indofarma sepanjang tiga bulan pertama tahun ini juga terpukul oleh kurs mata uang asing. Sepanjang kuartal I 2020 Indofarma mencatatkan kerugian kurs mata uang sebesar Rp 918,6 juta, melonjak 87,73% dibanding kuartal I 2019.
Sejumlah lonjakan beban yang dipikul Indofarma selama tiga bulan pertama tahun ini, membuat perseroan mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 21,42 miliar. Meski demikian, rugi bersih Indofarma ini lebih rendah 1,57% dibanding rugi bersih kuartal I 2019.
(Baca: Krisis Bahan Baku Impor Hantui Industri Farmasi )
Indofarma Bersiap Ubah Portofolio Bisnis
Tahun ini, Indofarma tengah bersiap mengubah portofolio bisnis, menjadi produsen alat kesehatan. Saat ini kontribusi bisnis perseroan sebesar 85% masih didominasi bisnis farmasi, sementara alat kesehatan baru mencapai 15%.
Ke depan, secara bertahap bisnis farmasi Indofarma akan diselaraskan dengan bisnis Kimia Farma. Keduanya diketahui telah berada dalam naungan holding farmasi, yang dipimpin oleh PT Bio Farma.
Shifting atau perubahan portofolio bisnis Indofarma telah terlihat selama terjadinya pandemi virus corona (Covid-19), yakni fokus ke produksi ventilator dan alat pelindung diri (APD). Sebelumnya, Indofarma hanya fokus memproduksi alkes di empat komponen yakni furnitur RS, diagnosa, disposable, dan elektromedis.
Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto mengungkapkan, selama dua bulan ke depan perseroan menargetkan mampu memproduksi 15 ribu ventilator buatan Universitas Indonesia (UI). Nantinya, ventilator ini akan didistribusikan ke rumah sakit rujukan serta instansi kesehatan lain yang merawat pasien positif Covid-19.
(Baca: Indofarma Segera Produksi 15 ribu Ventilator dan Alat Pelindung Diri)
Selain ventilator, Indofarma juga akan memproduksi APD yang akan didistribusikan ke rumah sakit baik pusat maupun daerah, serta institusi rujukan yang menangani pasien Covid-19.
Untuk mendukung hal tersebut, Indofarma telah menggandeng perusahaan garmen dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Arief mengungkapkan, Indofarma akan membimbing dari segi teknisnya, agar jahitannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan maupun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Indofarma sudah banyak mendistribusikan APD ini, setiap hari selalu ada yang datang ke kami untuk didistribusikan kepada rumah sakit yang membutuhkan,” ujar Arief dalam rapat dengar pendapat (RDP) secara virtual dengan Komisi VI DPR, Selasa (21/4).
Untuk bahan baku produksi APD, Indofarma masih mengandalkan impor dari Tiongkok, sehingga meski permintaan banyak, produksi tidak mudah ditingkatkan. Menyikapi hal ini, perseroan akan menyiapkan contigency plan.
(Baca: Bio Farma Segera Produksi 100 Ribu Alat Tes Covid-19 Berbasis RT-PCR)