Sejak Petral Bubar, Pertamina Hemat Impor Minyak Rp 6,9 Triliun
PT Pertamina (Persero) merasakan manfaat besar setelah tidak adanya Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Sejak proses impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) beralih dari Petral ke Integrated Supply Chain (ISC), Pertamina berhasil menghemat US$ 523 juta atau sekitar Rp 6,9 triliun selama tahun 2015-2016.
Menurut Vice President ISC Pertamina Daniel Purba, proses tender minyak mentah dan BBM menjadi lebih transparan sejak Petral dibekukan. Semua perusahaan terbuka mengikuti proses lelang tersebut. (Baca: Terganjal Piutang, Pembubaran Petral Kembali Tertunda)
Alhasil, dalam proses impor tersebut, ISC memperoleh harga yang lebih murah dibandingkan sebelumnya. “Kami membuka kesempatan bagi semua potensial supplier menawarkan produk-produknya dengan kompetisi terbuka," ujar dia di kantor pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (7/4).
Ke depan, Daniel berharap bisa tetap melakukan efisiensi dalam proses tender minyak mentah dan bahan bakar. Pada tahun ini, Pertamina menargetkan dapat melakukan penghematan sebesar US$ 100 juta.
Penghematan lain dilakukan melalui program Crude Processing Deal (CPD) untuk mengolah minyak mentah dari Basrah, Irak. Dengan skema itu, Pertamina dapat menggunakan fasilitas kilang milik perusahaan migas lain yang ada di luar negeri, tapi hasilnya tetap bisa untuk pasar domestik.
(Baca: Hasil Uji Coba Minyak Iran di Kilang Cilacap Dirilis Pekan Depan)
Daniel mengatakan, langkah ini menghasilkan penghematan signifikan dibandingkan mengimpor produk hasil kilang dari perusahaan lain. "Jadi, langkah lain yang kami lakukan melakukan skema yang lebih kreatif, salah satunya yang sudah kami eksekusi melalui processing deal dengan CPD," ujar dia.
Bukan hanya itu, untuk mencapai target penghematan dan efisiensi pada tahun ini Pertamina juga akan memanfaatkan fasilitas terminal Tanjung Uban untuk mencampur BBM. Hal ini juga untuk mengurangi pembelian produk bahan bakar dari luar negeri.
(Baca: Tekan Impor, Pertamina Bangun Pengolahan BBM di Bintan)
Sampai saat ini, produk BBM yang dijual Pertamina kebanyakan berasal dari luar negeri. "Dengan selesainya upgrading terminal di Tanjung Uban maka ada kemungkinan blending produk mogas 88 sendiri," ujarnya.