Indonesia Punya Andil Krisis Energi Singapura, Apa Faktornya?
Indonesia turut andil dalam krisis energi yang terjadi di Singapura saat ini. Penyaluran pasokan gas alam dari Indonesia ke Negeri Singa itu mengalami kendala.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan pasokan gas ke Singapura terganggu karena adanya gangguan operasional produksi. Salah satunya, yakni anjloknya produksi gas di Premier Oil.
"Ada gangguan turunnya produksi di Premier Oil karena kecelakaan helikopter," kata dia dalam Forum Kapasitas Nasional 2021, Kamis (21/10).
Ia berharap kendala tersebut dapat tertangani segera mungkin sehingga penyaluran gas ke Singapura dapat normal kembali. Namun demikian, menurut dia, pemerintah tetap akan memprioritaskan kebutuhan gas di dalam negeri. Ketahanan energi dinilai sangat krusial.
"Kalau stoknya sedikit, nanti goyang saat ada krisis. Jadi security inventory itu perlu diamankan," katanya.ecurity inventory itu perlu diamankan," katanya
Tanda-tanda krisis energi mulai menghampiri Singapura. Hal ini terjadi karena pengecer listrik independen terbesar di negara tersebut, iSwitch, dan tiga perusahaan pesaingnya mulai menarik diri dari pasar dan tidak lagi menerima pelanggan baru di tengah melambungnya harga energi.
Harga LNG di pasar spot Asia telah melonjak lebih dari 500% dari tahun lalu menjadi lebih dari US$ 30 per juta British thermal unit (mmBtu) bulan ini, sementara harga minyak mentah Brent yang sebagian besar kontrak gas jangka panjang Singapura naik ke level tertingginya dalam beberapa tahun terakhir.
Mengutip The Straits Times, iSwitch Energy, salah satu pengecer listrik independen terbesar di Singapura, mengatakan di situs webnya bahwa mereka akan menghentikan operasi ritel listrik pada 11 November karena "kondisi pasar listrik saat ini".
Sementara tiga pesaing iSwitch, yakni Diamond Electric, Best Electricity Supply dan Ohm Energy telah berhenti menerima pelanggan baru. Diamond Electric saat ini dalam proses menyerahkan kontrak berjangka yang ada ke penyedia utilitas lain.
iSwitch menolak berkomentar, sedangkan Diamond Electric, Best Electricity Supply dan Ohm Energy tidak menanggapi permintaan komentar melalui email.
"Pengecer tidak hanya tidak dapat menjual kepada pelanggan ritel pada tingkat yang ekonomis karena tarif kuartalan yang ditetapkan jauh di bawah harga di pasar berjangka dan juga pasar spot," kata kepala energi global di Simpson Spence Young, James Whistler, seperti dikutip dari The Straits Times, pada Senin (18/10).
Saat ini, hanya ada 8 dari total 12 pengecer listrik independen yang menawarkan paket untuk konsumen. "Dengan lonjakan harga energi, beberapa pengecer Singapura sekarang berpotensi menutup pintu mereka," kata seorang pelaku industri.
Regulator energi di Singapura akan terus bekerja sama dengan para perusahaan pengecer listrik yang masih menghadapi tantangan dari pasar listrik yang bergejolak. Dengan demikian, dipastikan tak akan dan gangguan pasokan listrik untuk para pelanggan.
Otoritas Pasar Energi (EMA) menyebut, harga pasar listrik Singapura yang ditentukan setiap setengah jam tergantung pada kondisi permintaan dan pasokan telah terpukul volatilitas harga energi yang lebih tinggi. Hal ini terutama terjadi selama dua pekan terakhir ini.
Kondisi ini disebabkan oleh peningkatan permintaan gas alam cair di pasar global yang berdampak pada harga, serta permintaan listrik yang lebih tinggi daripada biasanya. Ada juga pembatasan gas alam pipa dari West Natuna dan rendahnya pasokan gas dari Sumatera Selatan.