Harga Minyak Bangkit Mendekati US$ 94/Barel Dibayangi Ketatnya Pasokan

Happy Fajrian
12 September 2022, 17:08
harga minyak
Dok. Chevron
Ilustrasi pengeboran minyak.

Harga minyak mentah bangkit pada Senin (12/9) sore dipicu oleh kekhawatiran ketatnya pasokan setelah pembicaraan nuklir Iran menemui jalan buntu. Embargo minyak Rusia oleh yang telah di depan mata, serta ketatnya pasokan di tengah kuatnya permintaan turut menopang harga.

Harga minyak berjangka Brent naik mendekati US$ 94 per barel, tepatnya US$ 93,95 pada Senin sore waktu Indonesia setelah pada pekan lalu terpuruk ke US$ 88 per barel. Sedangkan minyak mentah Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI) naik ke US$ 87,73 dari US$ 81,94 pekan lalu.

Kenaikan harga juga dipengaruhi sentimen penguncian wilayah (lockdown) yang ketat di Cina yang menekan prospek permintaan, mengimbangi sentimen penurunan target produksi OPEC+ sebesar 100.000 barel per hari (bph) untuk bulan September.

Prancis, Inggris dan Jerman pada hari Sabtu mengatakan mereka memiliki "keraguan serius" tentang niat Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir. Kesepakatan itu dapat berarti embargo minyak mentah Iran dapat dicabut dan kembali diperdagangkan di pasar, meredakan ketatnya pasokan global.

Harga minyak global dapat rebound menjelang akhir tahun karena pasokan diperkirakan akan semakin ketat ketika embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia mulai berlaku pada 5 Desember.

Negara-negara G7 akan menerapkan batas harga minyak Rusia untuk membatasi pendapatan ekspor minyak Rusia yang menguntungkan setelah invasi ke Ukraina pada Februari, dan berencana untuk mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa minyak masih bisa mengalir ke negara-negara berkembang.

Dalam berita yang lebih bearish untuk pasar, permintaan minyak Cina dapat berkontraksi untuk pertama kalinya dalam dua dekade tahun ini karena kebijakan nol-Covid Beijing membuat orang tetap di rumah selama liburan dan mengurangi konsumsi bahan bakar.

“Kehadiran tantangan yang tersisa dari pembatasan virus baru Cina dan moderasi lebih lanjut dalam kegiatan ekonomi global masih dapat menarik beberapa keraguan atas kenaikan yang lebih berkelanjutan,” kata Jun Rong Yeap, ahli strategi pasar di IG, seperti dikutip Reuters.

Juga, Bank Sentral Eropa dan Federal Reserve siap untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk mengatasi inflasi, yang dapat mengangkat nilai dolar AS terhadap mata uang dan membuat minyak dalam denominasi dolar lebih mahal bagi investor.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...