Bos JPMorgan Peringatkan Perang di Ukraina Memperburuk Krisis Energi

Happy Fajrian
12 Desember 2022, 16:46
krisis energi, jpmorgan, transisi energi
Instagram/JPMorgan
CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon memperingatkan bahwa krisis energi berpotensi memburuk jika perang Rusia dan Ukraina tak segera berakhir.

Krisis energi global yang dampaknya paling dirasakan di Eropa berpotensi menjadi jauh lebih buruk selama beberapa tahun ke depan karena dampak dari perang Rusia dan Ukraina, jika perang itu tak segera berakhir.

Hal tersebut diungkapkan oleh Chief Executive Officer JPMorgan Chase, Jamie Dimon, dalam sebuah wawancara dengan CBS. “Bahaya perang ini luar biasa. Ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun,” ujarnya dalam wawancara tersebut seperti dikutip Oilprice.com, Senin (12/12).

Dia memperkirakan bahwa kawasan Eropa dapat melalui krisis energi di musim dingin ini. Namun ia memperkirakan krisis energi, terutama terkait minyak dan gas, berpotensi memburuk selama beberapa tahun ke depan jika perang berlarut-larut.

“Jadi jika saya berada di pemerintahan atau di mana pun, menurut saya, saya harus bersiap untuk menghadapi krisis yang lebih buruk. Semoga saja tidak seperti itu. Tapi saya pasti akan mepersiapkan diri untuk menghadapi kondisi yang memburuk,” kata Dimon.

Dia juga mengomentari kemerosotan harga minyak baru-baru ini. Dimon mengaitkannya dengan perlambatan ekonomi di Cina yang didorong oleh peningkatan infeksi Covid-19 baru dan kebijakan nol-Covid pemerintah Cina. Meski begitu dia meyakini penurunan harga hanya akan bersifat sementara.

Hal ini lantaran pemerintah Cina mulai melonggarkan pembatasan Covid setelah protes meletus di beberapa kota di negara itu. “Harga minyak akan berbalik. Dan kurangnya investasi dalam minyak dan gas ini akan merugikan Anda dalam dua atau tiga tahun ke depan. Ini cukup dapat diprediksi, tapi tidak akan terjadi hari ini,” ujarnya.

Kurangnya investasi dalam produksi minyak dan gas telah lama diperingatkan oleh OPEC selama bertahun-tahun. Sehingga, kurangnya investasi ini bukan akibat langsung dari invasi Rusia ke Ukraina, melainkan lebih terkait dengan dorongan transisi energi pemerintah Barat ketimbang reaksi terhadap perang.

“Kita membutuhkan minyak dan gas, yang aman, andal, dan murah. Masalahnya, banyak orang berpikir bahwa harga minyak dan gas yang tinggi baik untuk CO2. Tidak sama sekali,” kata dia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...