Rusia Minta OPEC+ Tak Pangkas Lagi Produksi, Harga Minyak Jatuh

Muhamad Fajar Riyandanu
28 April 2023, 11:01
harga minyak, rusia, opec
Dok. Chevron
Ilustrasi kilang minyak.

Rusia meminta negara produsen minyak OPEC+ untuk menghentikan pengurangan produksi minyak seiring dengan permintaan Cina yang lebih rendah dari perkiraan.

Di sisi lain, laporan data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang melemah dan ketidakpastian kenaikan suku bunga lebih lanjut menimbulkan kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar yang melemah di negara itu ke depannya.

Harga minyak mentah Brent pada Jumat (28/4) kembali turun ke level US$ 78,53 per barel, susut 2,9% dari harga awal pekan ini. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di harga US$ 74,99 per barel atau turun 2,7% dari harga Senin lalu.

Brent diproyeksikan turun 3,8% pada pekan ini dan telah merosot 9,1% dalam dua minggu terakhir. WTI juga berada di jalur koreksi sebesar 3,8% pada pekan ini dan telah mengalami penuruan hingga 9,4% dalam dua minggu terakhir.

Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, mengatakan produksi kondensat minyak dan gas Rusia diperkirakan bakal turun menjadi sekitar 515 juta ton atau 10,3 juta barel per hari pada tahun ini. Angka itu lebih rendah dari capaian produksi 535 juta ton pada 2022.

Rusia adalah bagian dari kelompok negara penghasil minyak OPEC+ yang mengumumkan pengurangan gabungan sekitar 1,16 juta barel per hari awal bulan ini. Rusia mengumumkan pemotongan 500.000 barel per hari atau 5% dari produksi minyaknya sampai akhir tahun.

Novak menyampaikan bahwa pemulihan permintaan minyak di Cina setelah Pandemi Covid-19 akan lebih rendah dari hitungan perkiraan para analis. Menurutnya OPEC+ tidak perlu menurunkan produksinya lebih lanjut karena jatuhnya harga minyak.

"Tentu saja tidak, karena kami baru membuat keputusan tentang pengurangan sebulan yang lalu, dan itu akan berlaku mulai Mei," ujarnya, dikutip dari Reuters pada Jumat (28/4).

Dia melanjutkan bahwa OPEC+ tidak mengharapkan adanya kondisi kekurangan minyak di pasar global setelah pengurangan produksi, meskipun Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan langkah tersebut berisiko memperburuk defisit pasokan yang diperkirakan terjadi pada paruh kedua tahun ini.

Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Organisasi Negara Pengekspor Minyak Haitham Al Ghais mengatakan bahwa IEA harus waspada terhadap rencana investasi industri minyak, yang menurut negara produsen sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi yang bergantung pada harga minyak yang kuat.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...