Siasat OPEC Perketat Pasar Sukses, Harga Minyak Naik 20% dalam 6 Pekan
Harga minyak tengah berada dalam jalur kenaikan hingga lebih dari 20% dalam enam pekan atau 1,5 bulan terakhir seiring suksesnya siasat Arab Saudi dan negara-negara OPEC beserta sekutunya Rusia, atau OPEC+, memperketat pasar dengan pemangkasan produksi dan ekspor. Ini menjadi reli kenaikan harga terpanjang tahun ini.
Adapun minyak Brent pagi ini, Jumat (4/8), terpantau naik US$ 0,30 atau 0,4% menjadi US$ 85,44 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate Amerika Serikat (AS) naik US$ 0,36 atau 0,4% menjadi US$ 81,90 per barel.
Brent sempat terkoreksi hingga 2% pada perdagangan Rabu (2/8) namun berhasil mengembalikan penurunannya pada Kamis (3/8). Brent berada pada jalur kenaikan 17,52% selama lebih kurang satu setengah bulan terakhir, dari level US$ 72,51. Sedangkan WTI naik 20,68% dari US$ 67,70 pada periode yang sama.
Arab Saudi menyatakan akan memperpanjang pemotongan produksi minyak secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bph) untuk satu bulan lagi termasuk September. Keputusan tersebut diumumkan hanya sehari menjelang pertemuan rutin para menteri OPEC dan sekutunya, hari ini.
“Komite Pemantau Bersama Menteri OPEC+ tidak mungkin mengubah kebijakan produksi minyak secara keseluruhan pada pertemuan hari Jumat,” kata seorang sumber seperti dikutip Reuters.
Tetapi janji Arab Saudi untuk memperpanjang masa pemangkasan produksi, ditambah komentar dari Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak bahwa mereka juga akan memangkas ekspor minyaknya sebesar 300.000 bph pada September menimbulkan kekhawatiran tentang pasokan dan mendorong harga.
OPEC+ menyetujui kesepakatan luas untuk membatasi pasokan hingga 2024 pada pertemuan kebijakan terakhirnya di bulan Juni, dan pada saat itu Arab Saudi berjanji untuk secara sukarela memangkas lebih banyak produksi untuk Juli dan kemudian memperpanjangnya hingga Agustus.
Setelah keputusan Arab Saudi, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan Amerika akan terus bekerja sama dengan produsen dan konsumen untuk memastikan pasar energi mendorong pertumbuhan. AS adalah produsen minyak terbesar di dunia.
Bahkan dengan pemotongan pasokan, rilis data ekonomi AS terbaru yang menunjukkan pasar tenaga kerja yang ketat dan sektor jasa yang melambat membuat pasar khawatir akan permintaan yang melemah.
Selain itu, penurunan aktivitas bisnis zona euro memburuk lebih dari perkiraan semula pada Juli dan bank sentral Inggris menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) ke puncak tertingginya dalam 15 tahun terakhir, dan memperingatkan bahwa biaya pinjaman kemungkinan akan meningkat di level tertingginya untuk beberapa waktu ke depan.
Biaya pinjaman yang lebih tinggi untuk bisnis dan konsumen dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan berpotensi menekan permintaan minyak dan komoditas energi lainnya.