Goldman Naikkan Prospek Permintaan Minyak Tahun Ini, Simak Alasannya
Goldman Sachs merevisi perkiraan permintaan minyak global menjadi lebih tinggi pada tahun ini. Alasannya, karena realisasi pasokan yang lebih tinggi mengimbangi dorongan permintaan dari prospek pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu pesimistis.
Lembaga keuangan asal Amerika Serikat ini mempertahankan perkiraan Brent di level US$ 86 per barel untuk Desember 2023, dan memprediksi harga naik menjadi US$ 93 per barel pada kuartal kedua tahun depan, karena defisit pasokan berlanjut.
Melansir Reuters, Analis Goldman memperkirakan permintaan minyak global naik ke level tertinggi sepanjang masa sebesar 102,8 juta barel per hari (bpd) pada Juli 2023. Permintaan yang kuat juga diprediksi mendorong defisit 1,8 juta bpd yang lebih besar dari perkiraan pada paruh kedua tahun ini, dan defisit 0,6 juta bpd pada tahun depan.
Dalam laporan, para analis Goldman menyebutkan risiko resesi yang berkurang dan upaya kuat Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk mendorong harga mendukung pandangan Goldman tentang kenaikan harga minyak dengan volatilitas yang rendah.
Harga minyak merayap mendekati level tertinggi tiga bulan pada akhir Juli lalu, bersiap untuk membukukan kenaikan bulanan terbesar dalam lebih dari setahun.
Hal itu terjadi di tengah kondisi Arab Saudi akan berpotensi memperpanjang waktu penurunan produksi hingga September dan memperketat pasokan global. Negeri kaya minyak tersebut diperkirakan kembali memotong produksi 1 juta barel per hari. Analis Goldman menilai pemotongan pasokan Saudi mengembalikan defisit.
Bank Wall Street meningkatkan perkiraan permintaan minyak sekitar 550.000 bpd dan memprediksi pasokan 2023 lebih tinggi sekitar 175.000 bpd.
Berbagai faktor ini yang membuat Goldman memperkiraan Brent di level US$ 86 per barel untuk Desember 2023, dan memprediksi harga naik menjadi US$ 93 per barel pada kuartal kedua tahun depan, karena defisit pasokan berlanjut.
"Namun, peningkatan signifikan pada kapasitas cadangan OPEC selama setahun terakhir, kembalinya pertumbuhan proyek lepas pantai internasional, dan penurunan biaya produksi minyak AS membatasi kenaikan harga," demikian laporan Goldman berbunyi.