11 WK Migas Terminasi Disebut Memiliki Potensi Migas Nonkonvensional
Pemerintah melakukan terminasi atau mengembalikan kontrak kerja sama 50 wilayah kerja migas (WK migas) ke negara. Sebelas blok di antaranya berasal dari blok migas nonkonvensional (MNK), yang dikenal sebagai shale gas maupun coalbed methane (CBM) yang telah lama dikembangkan.
“Dari 50 blok terminasi, sebetulnya ada 11 unconventional atau minyak nonkonvensional,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji dalam program CNBC Energy Corner, dikutip Kamis (19/10).
Pemanfaatan shale gas oil memerlukan teknologi khusus berupa seperti fracking atau fracturing, yang mahal dan memiliki risiko. Menurut Tutuka, komoditas minyak ini yang membuat Amerika Serikat berubah dari importir minyak terbesar menjadi eksportir.
CBM atau gas metana merupakan sumber energi yang efisien dan bersih yang tersebar di Indonesia dan prospek untuk dikembangkan secara ekonomis. Nilai kalor metana murni adalah 35,9 MJ/m3, yang setara dengan nilai kalor dari 1,2 kg batubara standar.
Sehingga manfaat dari sumber energi CBM digunakan tidak hanya mengurangi risiko produksi batu bara, tetapi juga memperoleh energi bersih dan mengurangi pencemaran lingkungan.