Harga Batu Bara Anjlok, KPC: Permintaan dari Pasar Utama Dunia Turun
Harga batu bara turun signifikan sepanjang tahun 2023. General Manager Marketing PT Kaltim Prima Coal (KPC) Rahmad Desmi Fajar mengatakan penyebabnya adalah turunnta permintaan dari beberapa pasar utama, salah satunya yaitu Cina.
“Cina melakukan pembelian batu bara pada harga yang tidak mengganggu perekonomiannya, begitu harga naik dia akan turunkan pembelian,” kata Rahmad dalam Webinar road to IMEC 2023 yang dipantau secara daring pada Selasa (12/12).
Rahmad mengatakan dampak penurunan daya beli Cina akan langsung dirasakan oleh industri batu bara Indonesia. “Begitu Cina menurunkan pembelian, harga batu bara 4.200 gar, 5.000 gar, 3.400 gar kita langsung drop,” jelasnya.
Selain pengaruh kenaikan harga, turunnya permintaan batu bara Cina juga disebabkan oleh hal lain. Seperti pemulihan ekonomi yang lambat, dan kenaikan output hydropower. “Peningkatan produk domestik mereka baik dalam bentuk volume ataupun kualitas, ini akan mempengaruhi permintaan batu bara Indonesia,” kata dia.
Sebagai informasi, Rahmad menjelaskan bahwa Cina mengalami peningkatan impor batu bara yang sangat signifikan. Volume impor ini dialokasikan oleh Cina sebagai cadangan atau stok saja.
“Stok Cina di akhir 2022 hanya 80 juta ton, saat ini sudah mencapai 200 juta ton. Bisa dibayangkan segitu untuk stok sementara produksi Indonesia per tahun 600-700 juta ton,” terangnya
Langkah Cina menimbun stok batu bara ini merupakan sebuah keputusan yang diambil secara sadar. Alasannya karena mereka pada 2021-2022 telah mengalami penipisan stok ditengah harga batu bara yang melambung tinggi.
Bergeser ke India, salah satu negara pengimpor batu bara Indonesia. Rahmad mengungkap berdasarkan data yang dimilikinya, permintaan batu bara dari India tetap naik. Baik itu yang digunakan untuk power ataupun industrial.
“Tapi disaat yang sama India juga sedang memperbaiki jaringan transportasi lokal atau domestik mereka. Sehingga mempengaruhi permintaan untuk impor dari Indonesia,”
Dia menjelaskan, India merupakan pasar yang cenderung memesan batu bara berkalori rendah dan sangat sensitif terhadap harga. “Kira-kira harganya dibawah yang bisa kita dapatkan di Cina,” ujar dia.
Tidak hanya Cina, penurunan permintaan impor juga datang dari negara Korea, Jepang, dan Taiwan. Rahmad menyebut pasar ini berisi negara-negara pengimpor batu bara Indonesia berkalori tinggi.
“Penurunan impor karena permintaan power dan industrialnya menurun namun stoknya sangat tinggi. Terlebih mereka mengalami mild weather, jadi musim panas cukup panas tapi musim dingin tidak terlalu dingin,” kata dia.
Berbeda dengan nama-nama sebelumnya, pasar batu bara Indonesia di Asia Tenggara dan Asia Selatan secara keseluruhan mengalami peningkatan permintaan.