Goldman Sachs Ramal Koreksi Harga Nikel Belum Berakhir Tahun Ini

Happy Fajrian
6 Maret 2024, 17:08
harga nikel, baterai kendaraan listrik, goldman sachs, kobalt, lithium
ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/YU
Warga mengisi daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Jakarta, Jumat (2/2/2024).
Button AI Summarize

Goldman Sachs memprediksi tren penurunan harga nikel dan mineral logam yang bahan baku produksi baterai kendaraan listrik lainnya seperti kobalt dan lithium karbonat, masih akan berlanjut tahun ini, setidaknya dalam 12 bulan ke depan.

Bank investasi berbasis di New York, Amerika Serikat (AS), ini memprediksi harga nikel berpotensi turun 15%, kobalt 12%, dan lithium karbonat 25% dalam 12 bulan ke depan. Analis Goldman Sachs memperingatkan bahwa prospek logam baterai kendaraan listrik masih lemah dan pasar kelebihan pasokan.

Ini berarti bahwa Goldman memperkirakan harga kobalt akan diperdagangkan pada US$ 26.000 per metrik ton (turun dari perkiraan sebelumnya US$ 28.000) selama 12 bulan, nikel akan turun menjadi US$ 15.000 per metrik ton, dan litium karbonat akan turun menjadi US$ 10.000 per metrik ton (turun dari harga sebelumnya sekitar US$ 11.000).

“Masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa tren penurunan harga bahan baku baterai sudah mendekati akhirnya. Kelebihan pasokan yang signifikan dan melambatnya industri kendaraan listrik di Barat akan menekan harga lebih lama,” tulis laporan Goldman Sachs, seperti dikutip CNBC.com, Rabu (6/3).

Mereka menambahkan bahwa prospek untuk nikel, lithium, dan kobalt untuk beberapa waktu ke depan masih bearish. Ketiga mineral logam tersebut dipakai untuk banyak hal mulai dari kendaraan listrik, pembangkit listrik tenaga angin dan panel surya.

“Meskipun harga logam baterai mengalami penurunan yang signifikan, dengan harga nikel, lithium, dan kobalt masing-masing turun 60%, 80%, dan 65% dari puncak siklus, kami yakin masih terlalu dini untuk mengakhiri secara tegas pasar-pasar yang mengalami penurunan ini,” kata tim analis Goldman yang dipimpin oleh Nicholas Snowdon.

Bersamaan dengan penurunan peringkat permintaan kendaraan listrik di negara-negara Barat, bank tersebut mengatakan bahwa melimpahnya pasokan berarti bahwa proyeksi surplus lithium dan nikel pada tahun 2024 tetap cukup besar.

Harga lithium karbonat di Cina pada Selasa diperdagangkan sekitar 108,500 yuan atau US$ 15,071, turun hampir 70% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Harga nikel di London Metal Exchange (LME) terakhir diperdagangkan pada US$ 17,945 per metrik ton pada Selasa, sementara harga kobalt di LME berada pada level US$ 28,550 per metrik ton.

Analis sebelumnya telah memperingatkan bahwa prospek logam baterai kendaraan listrik masih relatif lemah, dengan pasar lithium, kobalt, dan nikel secara umum kelebihan pasokan.

“Menurut saya prospeknya masih cukup tertekan, khususnya untuk litium dan nikel, [yang] telah memperpanjang keseimbangan pasokan,” Tim Bush, analis riset baterai kendaraan listrik di UBS, mengatakan kepada “Squawk Box Asia” CNBC pada 9 Januari.

“Sekarang, hal ini belum tentu merupakan hal yang buruk karena ini berarti harga baterai akan lebih murah bagi para pembuat mobil sehingga membantu meringankan penderitaan yang dialami oleh beberapa pembuat mobil di AS dan Eropa,” kata Bush pada saat itu.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...