Topang Harga Nikel, RI dan Cina akan Pangkas Produksi 100.000 Ton

Happy Fajrian
15 Februari 2024, 11:06
harga nikel, produksi nikel
Katadata/ Wahyu DJ
Tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) di Blok Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Button AI Summarize

Indonesia dan Cina disebut akan memangkas produksi nikel setidaknya 100.000 metrik ton tahun ini untuk mencegah kemerosotan harga nikel lebih dalam.

Reuters melaporkan dengan mengutip para pedagang dan analis bahwa pengurangan produksi lebih lanjut dibutuhkan jika para produsen ingin menaikkan harga dan menghilangkan kelebihan pasokan di pasar, dibandingkan hanya menghentikan penurunan harga.

Harga nikel melonjak pada 2022 dan mencapai puncaknya pada rekor di atas US$ 100.000 per dead metric ton (dmt) yang didorong ekspektasi berkurangnya pasokan dari produsen utama Rusia. Hal ini setelah Rusia menginvasi Ukraina yang mendorong pasar mengurangi ekspektasi turunnya harga.

Kini harga nikel turun ke kisaran US$ 16.000 per dmt, salah satunya dipengaruhi oleh tingginya produksi di Indonesia yang mencapai 3,4 juta dmt pada 2023, atau menyumbang lebih dari separuh pasokan global.

Ketika pasokan tambahan menambah dampak pelemahan ekonomi yang menurunkan permintaan, para penambang di negara-negara Barat, termasuk BHP, yang telah memasukkan inti nikel ke dalam strategi ramah lingkungan mereka, menghentikan operasional tambang, menunda proyek-proyek baru atau mengurangi produksi.

“Pemotongan sejauh ini telah mengurangi lebih dari 230.000 dmt atau sekitar 6% dari potensi pasokan untuk tahun ini,” menurut analis Macquarie seperti dikutip Reuters, Kamis (15/2). “Hal ini masih belum cukup untuk mendongkrak harga.”

Sebuah sumber di salah satu produsen global, yang tidak ingin disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang untuk berbicara secara publik, juga mengatakan bahwa pengurangan yang lebih besar diperlukan untuk mencegah kerugian finansial.

Consultancy Benchmark Mineral Intelligence memperkirakan diperlukan pengurangan lebih dari 250.000 ton untuk menyeimbangkan pasar nikel global tahun ini.

“Sebagian besar kelebihan pasokan dan tingginya persediaan terjadi pada nikel pig iron (NPI), alternatif yang lebih murah dibandingkan nikel bermutu tinggi untuk produksi baja tahan karat,” kata para analis.

Cina dan Indonesia menyumbang 70% pasokan nikel global, yang sebagian besar merupakan NPI. “Jika kita menghilangkan tunjangan gangguan sebesar 3% atau 100.000 ton, sekitar 100.000 ton lainnya perlu dikurangi untuk menyeimbangkan pasar,” kata Jim Lennon, ahli strategi di Macquarie.

“Dengan harga NPI yang berkisar $11.000 (per ton), perlu ada penyesuaian pasokan di Cina dan Indonesia,” ujarnya sembari menambahkan bahwa biaya produksi NPI diperkirakan masing-masing US$ 10.000-11.000 per ton dan US$ 12.000 per ton di Indonesia dan Cina. “Artinya sangat sulit untuk mendapatkan keuntungan.”

“Dengan biaya bahan baku, termasuk bijih nikel, listrik dan batu bara, yang mencapai 73% dari harga NPI, banyak pabrik NPI di Cina menjadi tidak menguntungkan,” kata analis Bank of America.

CEO Anglo American, sebuah perusahaan tambang yang berbasis di Londong, Inggris, Duncan Wanblad mempertanyakan apakah nikel yang cocok untuk memproduksi baterai kendaraan listrik dapat memiliki harga yang lebih tinggi.

“Saya bertanya-tanya apakah ada potensi bifurkasi dalam kurva harga nikel atau nikel yang digunakan untuk baja tahan karat mungkin sangat berbeda dengan nikel yang digunakan untuk aplikasi baterai,” kata Wanblad.

“Jika itu benar, maka harus ada dua harga nikel yang berbeda untuk menghadapi keduanya,” ujarnya menambahkan. Anglo menambang nikel di tambang Barro Alto di Brasil dan sebagai produk sampingan dari bisnis logam kelompok platinum di Afrika Selatan.

“Kecuali harga naik, para penambang Barat harus mengelola aset di Kaledonia Baru, Australia dan Kanada yang mengalami kerugian, dan mungkin mengurangi produksi lebih banyak,” kata para pedagang.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...