PBNU Curhat Dapat Banyak Kritik karena akan Kelola Tambang Batu Bara
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengaku telah menerima banyak kritikan akibat langkahnya yang menyambut kebijakan pemerintah yang mengizinkan organisasi masyarakat (ormas) keagamaan mengelola pertambangan batu bara.
“PBNU sudah menerima sekarang dibully dimana-mana, sampai logonya diubah. Tidak apa-apa itu bagian risiko, tidak ada suatu kenikmatan yang diperoleh tanpa adanya kerja keras,” kata Ketua Lakpesdam PBNU, Ulil Abshar dalam diskusi terbuka Partai Amanat Nasional tentang Polemik Izin Tambang untuk Ormas pada Rabu (26/6).
Ulil menjelaskan, kritik ini datang salah satunya disebabkan oleh posisi batu bara yang masuk dalam daftar penyebab terjadinya perubahan iklim dunia saat ini. Terlebih, topik perubahan iklim sudah menjadi kampanye besar yang digencarkan oleh berbagai lembaga internasional.
“Batu bara memang di dalam kampanye ini dianggap sebagai barang najis. Sebab dari sepuluh energi fosil yang ada, mungkin batu bara dalam pandangan aktivis lingkungan ini yang paling najis,” ujarnya.
Kendati demikian, Ulil mengatakan seharusnya masyarakat tidak bisa menyatakan bahwa terjunnya NU dalam bisnis pertambangan ini tergolong tindak kejahatan. “Bagi saya tambang itu anugerah dari Allah untuk bangsa ini. Menajiskan batu bara itu tidak sesuai dengan pandangan islam karena ini anugerah Allah,” ucapnya.
Sebelumnya, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) memastikan pihaknya akan segera menyiapkan struktur bisnis untuk dapat mengelola tambang batu bara.
"NU akan menyiapkan suatu struktur bisnis dan manajemen yang akan menjamin profesionalitas dan akuntabilitas, baik dalam pengelolaan maupun pemanfaatan hasilnya,” kata Gus Yahya dalam siaran pers, Senin (3/6).
Ia menyampaikan terima kasih kepada Presiden Jokowi atas langkah perluasan pemberian izin tambang ke ormas. Ia menilai pemberian izin tambang kepada PBNU adalah tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar kebijakan afirmasi tercapai.
“Nahdlatul Ulama telah siap dengan sumber daya-sumber daya manusia yang mumpuni, perangkat organisasional yang lengkap dan jaringan bisnis yang cukup kuat untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut,” ujar Gus Yahya.
Nahdlatul Ulama saat ini memiliki jaringan perangkat organisasi yang menjangkau hingga ke tingkat desa serta lembaga-lembaga layanan masyarakat di berbagai bidang yang mampu menjangkau masyarakat akar rumput di seluruh Indonesia
“Itu semua akan menjadi saluran efektif untuk menghantarkan manfaat dari sumber daya ekonomi yang oleh Pemerintah dimandatkan kepada Nahdlatul Ulama untuk mengelolanya,” kata pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin,Rembang, Jawa Tengah, ini.