Prospek Permintaan Batu Bara Cina Suram, PTBA Lirik Pasar Negara Berkembang

Mela Syaharani
28 Agustus 2024, 14:06
batu bara, ekspor batu bara, ptba, cina,
ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/foc.
Sejumlah truk memindahkan batubara di area stockpile in pit RL 35, kawasan IUP Tambang Air Laya PT Bukit Asam Tbk, di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Rabu (18/10/2024).
Button AI Summarize

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih optimistis terhadap bisnis batu bara ke depan, meskipun sejumlah negara maju seperti Cina akan membatasi konsumsi mineral hitam ini.

SVP Project Management Office PTBA, Setiadi mengatakan pihaknya masih melihat beberapa potensi pasar batu bara di negara-negara berkembang. Seperti di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan.

“Jadi beberapa potensi negara seperti India, Bangladesh, Pakistan, yang juga menjadi pasar menarik ke depannya, karena di sisi permintaan masih cukup tinggi,” kata Setiadi dalam Public Expose 2024 yang dipantau secara daring pada Selasa (27/8).

Selain prospek pasar luar negeri, Setiadi menyebut PTBA sedang menyiapkan beberapa proyek pengembangan yang nantinya bisa mengamankan sisi pemakaian batu bara domestik.

“Jadi dari sisi energi, maupun dari sisi hilirisasi, dalam jangka panjang yang nantinya diharapkan bisa mengamankan pemakaian batu bara Bukit Asam di sisi domestik melalui proyek-proyek hilirisasi maupun di energi ke depan,” ujarnya.

Tidak hanya prospek pasar, Setiadi juga turut membahas potensi demand atau permintaan batu bara kedepannya. Dia menyebut dalam lima tahun kedepan masih ada permintaan batu bara, yang ditopang oleh negara berkembang.

“Seperti di kawasan Asia Tenggara, kemudian Asia Selatan, baik itu India, Pakistan, Bangladesh, itu menjadi negara-negara tujuan yang menarik bagi wilayah ekspor batu bara karena di wilayah-wilayah tersebut permintaan batu bara masih cukup besar,” ucapnya.

Sementara untuk jangka menengah, Setiadi menyebut pihaknya juga masih melihat adanya potensi permintaan.

“Untuk jangka panjang juga kami akan coba untuk amankan dari sisi domestik maupun juga ke wilayah-wilayah yang relatif masih bisa untuk menerima industri batu bara seperti untuk negara-negara berkembang yang saya sebutkan tadi,” kata dia.

Demand Batu Bara Tahun Ini

Permintaan batu bara dunia tahun ini diprediksi stabil, bahkan cenderung turun, seiring dengan pesatnya perkembangan energi baru terbarukan seperti tenaga angin dan surya.

Laporan terbaru International Energy Agency (IEA) terkait pasar batu bara, konsumsi batu bara dunia untuk sektor kelistrikan naik 2,6% pada 2023 ke rekor tertinggi sepanjang masa yang didorong oleh dua negara konsumen terbesar dunia, Cina dan India.

Namun peningkatan tersebut disebabkan oleh rendahnya produksi listrik tenaga air di tengah tingginya pertumbuhan permintaan listrik.

“Analisis kami menunjukkan bahwa permintaan batu bara global kemungkinan akan tetap stabil hingga tahun 2025, berdasarkan pengaturan kebijakan dan tren pasar saat ini,” kata Keisuke Sadamori, direktur pasar energi dan keamanan IEA, dikutip dari Reuters, Rabu (24/7).

Dia menambahkan bahwa penerapan tenaga surya dan angin yang terus berlanjut, dikombinasikan dengan pemulihan tenaga air di Cina, memberikan tekanan signifikan pada penggunaan batu bara.

“Namun, sektor kelistrikan merupakan pendorong utama permintaan batu bara global, dan konsumsi listrik tumbuh sangat kuat di beberapa negara ekonomi utama,” ujarnya.

“Tanpa pertumbuhan konsumsi yang kuat seperti itu, akan terjadi penurunan penggunaan batu bara global tahun ini.”

Sementara itu di India, IEA memprediksi pertumbuhan permintaan batu bara akan melambat pada paruh kedua tahun 2024 karena kondisi cuaca kembali ke rata-rata musiman dan produksi tenaga air membaik.

Setelah turun lebih dari 25% pada tahun 2023, pembangkitan listrik tenaga batu bara di Uni Eropa diperkirakan akan turun hampir sama lagi tahun ini.

“Penggunaan batu bara juga telah menurun secara signifikan di Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir, tetapi permintaan listrik yang lebih kuat dan lebih sedikit peralihan dari batu bara ke gas alam mengancam akan memperlambat tren ini pada tahun 2024,” kata laporan IEA.

Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...