ESDM Tawarkan Proyek Hilirisasi Batu Bara ke Cina
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menawarkan program hilirisasi batu bara ke Cina. Penawaran ini terlaksana dalam ajang The 7th Indonesia China Energy Forum (ICEF).
"Kami menawarkan investasi pengembangan hilirisasi batu bara di Indonesia baik dalam bentuk methanol, DME dan lainnya," kata Plt Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Bambang Suswantono dalam siaran pers, dikutip Rabu (4/9).
Kementerian ESDM menulis, penawaran ini bagian dari komitmen Indonesia dalam mengurangi target efek rumah kaca pada pembangunan nasional sebagai ratifikasi paris agreement melalui UU No 16 tahun 2016 yang sudah ditandatangani Indonesia.
Pengurangan konsumsi batu bara secara bertahap dan pengembangan dalam bentuk lain menjadi langkah konkret mencapai tujuan tersebut.
"Salah satu kebijakan dalam pengelolaan batu bara adalah mengurangi penggunaan batu bara bersamaan dengan pengakhiran dari PLTU batu bara serta mengembangkannya dalam menjadi bentuk lain, khususnya gas untuk memenuhi kebutuhan elpiji dan industri kimia lainnya seperti pupuk," ujar Bambang.
Kementerian ESDM mencatat, Indonesia saat ini memiliki sumber daya batu bara sebesar 97,29 miliar ton dan cadangan sebesar 31,71 miliar ton. Angka ini terdiri dari 70 % batu bara kualitas rendah dan 30% sisanya adalah batu bara kualitas tinggi dan medium.
Sebagian besar sumber daya dan cadangan tersebar di Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Jambi. Sisanya tersebar di Jambi, Riau, Kalimantan Utara, Aceh, Bengkulu, Sumatera Barat dan Papua, Sulawesi Barat, Jawa bagian barat.
Bambang mengatakan terdapat sejumlah izin usaha pertambangan khusus (IUPK) yang akan mengembangkan hilirisasi batu bara. “Saat ini sudah ada 6 IUPK yang telah merencanakan pengembangan Batubara menjadi gas, pupuk dan kokas,” ucapnya.
Bambang menyampaikan batu bara dapat diolah menjadi enam produk turunan, baik sebagai bahan baku industri maupun sumber energi.
Enam produk pengembangan batu bara yang dapat dilakukan saat ini adalah peningkatan kualitas batubara (coal upgrading), briket batubara, kokas, batubara cair, dan gasifikasi batubara, termasuk gasifikasi batubara bawah tanah.
“Hilirisasi batu bara statusnya saat ini sedang melakukan kajian keekonomian dan studi kelayakan. Semoga pada 2030 sudah bisa commissioning," kata dia.
Untuk mendukung percepatan pengembangan program tersebut, pemerintah mewajibkan perpanjangan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), badan usaha harus menyampaikan rencana pengembangan dan/atau pemanfaatan batubara.
Persetujuan 5 Program Hilirisasi Batu Bara
Sebelumnya, Kementerian ESDM telah menyetujui program hilirisasi dari lima perusahaan batu bara. Kelimanya memegang PKP2B generasi satu yang masa IUPK sudah habis.
Mereka adalah PT Multi Harapan Utama, PT Adaro Indonesia, PT Kaltim Prima Coal, PT Arutmin Indonesia, dan PT Kideco Jaya Agung.
“Sebenarnya ada PT Kendilo Coal Indonesia, tapi masih bermasalah dan ada kasus,” kata Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian ESDM Lana Saria dalam acara Power Talk Energy Series di Jakarta, pada Kamis (13/6).
Program hilirisasi batu bara adalah satu syarat yang harus diajukan oleh perusahaan penerima PKP2B agar dapat memperoleh perpanjangan IUPK.
Lana menyebut program ini memiliki jadwal pelaksanaan masing-masing yang tercantum dalam proposal hilirisasi dan harus dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Jenis program yang akan dilakukan bervariasi, tergantung pilihan perusahaan. “Kalau Kaltim Prima Coal semua metanol. Perusahaan lain ada yang menjadi dimetil eter,” ucapnya. Berikut rincian program hilirisasi batu bara dari lima perusahaan yang telah disetujui:
- PT. Kaltim Prima Coal (2025): gasifikasi batu bara menjadi metanol dan dapat berubah bentuk ke amonia, kapasitas produk metanol 1,8 juta ton per tahun
- PT. Arutmin Indonesia (2026): gasifikasi batu bara menjadi metanol dan dapat berubah bentuk amonia, kapasitas produk metanol 2,95 juta ton per tahun
- PT. Adaro Indonesia (2026): batu bara menjadi dimetil eter (DME), kapasitas produk metanol 2 juta ton per tahun dan DME 1,34 juta per tahun
- PT. Multi Harapan Utama (2027): batu bara menjadi semi kokas, kapasitas produk semi kokas 500 ribu ton per tahun
- PT. Kideco Jaya Agung (2029 & 2031): gasifikasi batu bara, kapasitas produk amonia 100 ribu ton per tahun dan urea 172 ribu per ton