Pasokan Gas Bumi Turun, 1.500 Industri di Jawa Bagian Barat Terdampak
Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk mengatakan industri yang berada di kawasan Jawa bagian Barat mengalami kekurangan pasokan gas bumi. Senior Expert Regional Sales SOR II PGN Yudi Arianto mengatakan hal ini diakibatkan oleh turunnya jumlah produksi gas bumi.
Penurunan produksi ini berimbas bagi ribuan industri yang berada di cakupan Jawa bagian Barat. “Pasokan gas memang sedang turun terutama untuk gas pipa, jadi kurang lebih ada 1500 industri yang terdampak,” kata Yudi saat mengisi acara AJP 2024 di Bandung pada Senin (23/9).
Yudi menyampaikan, industri yang terdampak ini tersebar di seluruh wilayah Jawa bagian Barat, seperti DKI Jakarta dan Banten. Ia menjelaskan penurunan produksi yang berdampak pada industri ini mulai terjadi sejak akhir 2023.
Dia menyebut terdapat dua sumber gas yang angka penurunan produksinya lumayan signifikan. Seperti dari blok gas Corridor di Sumatra Selatan yang produksinya turun hampir setengahnya. Kemudian ada penurunan produksi gas dari Pertamina EP.
Menghadapi kondisi tersebut, PGN menurut Yudi akhirnya mengambil keputusan untuk membatasi pasokan gas. Kendati demikian, PGN membuka opsi baru melalui penyediaan dari gas alam cair (LNG). Yudi menyebut terobosan sudah dilakukan PGN sejak pertengahan tahun lalu.
“Kami menghadirkan LNG di terminal penerimaan Lampung. Jadi kami sekarang pun sudah ada regasifikasi pertama untuk LNG yang dikomersialkan khusus untuk industri.
Ia menjelaskan LNG merupakan solusi bagi Pertamina untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan gas bumi bagi industri di Jawa Barat yang semakin lama semakin tumbuh. Namun di saat yang bersamaan, pertumbuhan ini tidak diiringi oleh ketersediaan pasokan gas. Justru angkanya menurun.
“Jadi memang ke depan Memang eranya LNG akan semakin besar untuk dibutuhkan Jadi solusi itu sudah kita mulai,” ucapnya.
Selain dengan LNG sebelumnya, Direktur Utama PGN Arief Setiawan Handoko menyebut solusi masalah kekurangan pasokan gas melalui antisipasi dengan mulai menambah pasokan gas dari LNG.
Adapun dari infrastruktur transmisi gas bumi, PGAS juga akan membangun infrastruktur untuk transportasi energi lainnya melalui pipa yaitu membangun pipa Bahan Bakar Minyak (BBM). Upaya ini dilakukan melalui sinergi anak perusahaan yaitu PT Pertamina Gas (Pertagas) dengan PT Pertamina Patra Niaga (PPN) untuk membangun pipa BBM Cikampek–Plumpang dengan skema Build Maintenance-Transfer (BMT) dengan jangka waktu 10 tahun masa pengoperasian.
Saat ini, PGN memasuki proses penyusunan Perjanjian Penyediaan Jasa Pipanisasi BBM Cikampek – Plumpang antara Pertagas dan PPN. Infrastruktur ini akan memiliki kapasitas volume sebesar 4,6 miliar liter per tahun dengan panjang 96 km.