Imbas Kebakaran Smelter, Bos Freeport Sebut Penerimaan Negara Berkurang Rp 65 T


PT Freeport Indonesia (PTFI) mengatakan kebakaran yang terjadi pada fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga mereka di JIIPE Gresik, Jawa Timur berimbas pada kinerja perusahaan.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan dari total konsentrat tembaga yang diproduksi di tambang Papua, hanya 40% yang diolah atau diserap saat ini. Pengolahannya berada di smelter perusahaan lainnya, yaitu PT Smelting, yang juga berada di Gresik.
Sisanya menjadi idle dan jumlahnya bisa mencapai 1,5 juta ton konsentrat yang tidak bisa diproses PT Smelting. "Nilai (penerimaan negara) dengan harga sekarang itu berkurang mencapai US$ 4 miliar atau Rp 65 triliun,” kata Tony dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Rabu (19/2).
Dalam paparannya tertulis nilai Rp 65 triliun ini terdiri dari beberapa aspek, antara lain:
- Dividen US$ 1,7 miliar atau Rp 28 triliun
- Pajak US$ 1,6 miliar atau Rp 26 triliun
- Bea keluar ekspor US$ 0,4 miliar atau Rp 6,5 triliun
- Royalti US$ 0,3 miliar atau Rp 4,5 triliun
Tony menyampaikan selain berdampak pada penerimaan negara, konsentrat yang tidak terolah dan tidak bisa diekspor juga berdampak bagi pengurangan pendapatan daerah pada 2025 yang totalnya mencapai Rp 5,6 triliun.
“Provinsi Papua Tengah kira-kira Rp 1,3 triliun, Kabupaten Mimika Rp 2,3 triliun, dan Kabupaten lain di Papua Tengah sekitar Rp 2 triliun,” ujarnya.
Tidak hanya itu, hal ini juga turut berdampak pada potensi berkurangnya alokasi dana kemitraan PTFI untuk program pengembangan masyarakat sebesar US$ 60 juta atau Rp 960 miliar pada 2025.
Freeport sebelumnya telah mengajukan perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat tembaga. Tony optimistis pemerintah akan mengabulkan perpanjangan ini.
Perusahaan berharap izin segera keluar karena kapasitas gudang penyimpanannya mulai penuh. "Kami berharap izin ekspor konsentrat tembaga yang diberikan mencapai 1,3 juta ton sampai Desember 2025," kata Direktur Utama PTFI Tony Wenas usai memberikan paparannya dalam acara IDE Katadata 2025 di Hotel St. Regis, Jakarta, kemarin
Permohonan perpanjangan izin tahun ini naik 54,67% daripada kuota lalu. Pada 2024, pemerintah memberikan relaksasi ekspor sebanyak 840 ribu ton.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan pemerintah telah membahas pemberian izin relaksasi ekspor konsentrat tembaga bagi PTFI.
“Kemungkinan (keputusannya bulan ini), tapi kepastian itu hanya milik yang di atas,” kata Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno saat ditemui di kompleks Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, Rabu (19/2).
Pemberian izin relaksasi ekspor ini tidak akan diputuskan oleh Kementerian ESDM. Sebab, pembahasannya melalui rapat koordinasi bersama kementerian koordinator dan rapat terbatas bersama Presiden.