RI Tingkatkan Impor Minyak Mentah dari AS, Kurangi Porsi Singapura


Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia akan meningkatkan impor komoditas energi dari Amerika Serikat (AS), salah satunya minyak mentah. Peningkatan impor minyak dari AS ini menjadi salah satu strategi untuk negosiasi terkait tarif impor yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.
“Kita tahu bahwa impor minyak kita kan cukup besar, kami sedang menghitung agar minyak menjadi salah satu komoditas yang bisa kita beli dari AS,” kata Bahlil saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (9/4).
Bahlil mengatakan impor minyak mentah Indonesia saat ini sebagian besar berasal dari Singapura, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Dia menyebut porsi impor minyak dari AS baru 4% dari keseluruhan. “Baru 4%, kami akan meng-exercise sehingga bisa mengurangi defisit neraca perdagangan,” ujarnya.
Dengan rencana penambahan porsi impor minyak dari AS ini, lanjut Bahlil, berpotensi mengurangi volume atau jumlah impor dari negara lainnya. Namun, hal ini tidak berarti negara akan menyetop impor dari negara lainnya.
Bahlil mengatakan rencana peningkatan impor ini sesuai dengan perintah Presiden Prabowo Subianto yang menginstruksikan kepada menterinya agar melihat potensi komoditas yang bisa dibeli dari AS. Impor minyak dari AS masih sesuai dengan pertimbangan keekonomian. Salah satu yang diimpor dari AS adalah liquified petroleum gas (LPG) yang mencapai porsi hingga 54%.
“Harga LPG AS dan Timur Tengah sama, logika harusnya lebih mahal dari transportasi. Jadi saya pikir semua ada cara untuk menghitung, yang penting produk impor yang diterima negara kita punya harga yang kompetitif,” ucapnya.
Dengan alasan-alasan di atas, pemerintah hingga saat ini menghitung untuk meningkatkan impor minyak mentah dan LPG dari AS. Namun, kata Bahlil, pemerintah belum menghitung kebutuhan untuk impor BBM. “Saya tidak tahu soal LNG, sektor BBM belum kami hitung karena belum ada kebutuhan juga,” katanya.
Strategi Negosiasi Tarif Trump
Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebelumnya menyampaikan bahwa pemerintah akan menawarkan peningkatan impor produk dari AS sebagai bagian dari strategi negosiasi atas kebijakan tarif impor yang ditetapkan Presiden AS.
Airlangga mengatakan bahwa sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, Indonesia akan meningkatkan impor dari AS guna menekan defisit perdagangan AS terhadap Indonesia, yang saat ini mencapai US$17,9 miliar.
“Meningkatkan impor dari Amerika Serikat, yang diisi dengan produk-produk yang memang kita butuhkan, termasuk gandum, kapas (cotton), dan salah satunya adalah produk migas,” kata Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (7/4).
Ia menambahkan bahwa dengan meningkatnya volume pembelian produk AS, diharapkan defisit perdagangan AS terhadap Indonesia bisa ditekan. “Meningkatkan jumlah volume beli, sehingga trade deficit yang US$ 18 miliar itu bisa dikurangkan,” ujarnya.
Pemerintah juga akan segera memulai negosiasi dengan AS. “Presiden sudah mengarahkan setelah hari ini, kita akan memberi masukan kepada AS, supaya kita bisa memberikan respons dan harapan,” kata Airlangga.