RI Siap Borong LPG, LNG dan Minyak Mentah dari AS, Strategi Hindari Tarif 32%

Mela Syaharani
4 Juli 2025, 13:49
LPG
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nym.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung (kiri) menyampikan keterangan kepada media massa tentang Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2025 di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (1/7/2025). Peraturan tersebut mengatur tentang Kerja Sama Pengelolaan Bagian Wilayah Kerja Untuk Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan rencana Indonesia untuk mengimpor sejumlah komoditas energi dari Amerika Serikat (AS). Komoditas yang masuk dalam daftar impor tersebut meliputi liquified petroleum gas (LPG), gas alam cair (LNG), dan minyak mentah (crude oil).

“Jadi kami sudah memetakan kebutuhan energi nasional. Pertama, kami membutuhkan LPG sehingga akan meningkatkan impor dari AS. Kami juga akan mengimpor crude untuk kebutuhan dalam negeri,” ujar Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung saat ditemui di Jakarta, Jumat (4/7).

Yuliot menjelaskan, selama ini Indonesia memang sudah menggunakan crude asal AS, namun pembeliannya dilakukan melalui negara lain. Dalam skema impor terbaru ini, Indonesia akan mengupayakan pencatatan impor dilakukan langsung dari AS.

Hal serupa juga berlaku untuk LPG. Indonesia berencana mengalihkan sebagian impor LPG yang sebelumnya berasal dari Timur Tengah menjadi dari AS. Selain itu, LNG juga termasuk komoditas yang akan diimpor dari Negeri Paman Sam.

“LNG termasuk komoditas yang akan diimpor dari AS,” kata Yuliot.

Namun untuk produk bahan bakar minyak (BBM), Indonesia belum mengambil keputusan. Pemerintah masih fokus meningkatkan produksi dalam negeri melalui perbaikan kilang dan peningkatan teknologi.

“Kami melihat kemungkinannya terlebih dahulu. Untuk BBM sedang diusahakan peningkatan produksi dalam negeri,” katanya.

Adapun volume impor energi dari AS masih akan bergantung pada hasil negosiasi yang saat ini dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Yuliot menyebut, pada 2024 nilai impor energi Indonesia dari AS mencapai US$ 4,2 miliar atau sekitar Rp 67,95 triliun.

“Untuk tahun ini, nilai impornya akan disesuaikan dengan hasil negosiasi sebagai bagian dari upaya menyeimbangkan neraca perdagangan Indonesia-AS,” kata dia.

Negosiasi Menuju Tenggat Tarif 32%

Rencana impor komoditas energi dan agrikultur dari AS ini merupakan bagian dari strategi negosiasi Indonesia untuk menghindari penerapan tarif balasan atau resiprokal sebesar 32% dari AS. Tenggat penundaan tarif tersebut jatuh pada 9 Juli 2025.

Airlangga menyebut nilai total pembelian komoditas Indonesia dari AS, termasuk energi dan agrikultur, diperkirakan bisa melebihi US$ 34 miliar.

“Jadi kita masih ada defisit perdagangan dengan AS sebesar US$ 19 miliar. Upaya impor komoditas ini menjadi bagian dari langkah menutup defisit tersebut,” kata Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (3/7).

Khusus untuk sektor energi, Airlangga memperkirakan nilai impornya bisa mencapai US$ 15,5 miliar. Meski begitu, ia belum merinci lebih lanjut jenis-jenis komoditas energi yang akan dibeli.

Airlangga memastikan, penandatanganan perjanjian atau memorandum of understanding (MoU) terkait rencana impor ini akan dilakukan dalam waktu dekat.

“Rencananya akan diadakan perjanjian antara Indonesia dengan mitra di AS pada 7 Juli 2025,” katanya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...