Sumatra Selatan Akan Jadi Wilayah Pertama Teken Kontrak Minyak Sumur Rakyat
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan Sumatra Selatan menjadi wilayah pertama yang berpeluang menandatangani kontrak pembelian minyak dari produksi sumur rakyat.
Hal ini disampaikan langsung oleh Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung pada Jumat (8/8). “Mungkin Sumatra Selatan terlebih dahulu,” ujar Yuliot.
Peluang ini muncul seiring diterbitkannya Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2025 tentang kerja sama pengelolaan wilayah kerja (WK) untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas).
Regulasi ini bertujuan mempercepat ketahanan energi nasional dengan mengoptimalkan potensi migas dalam negeri melalui kerja sama antara kontraktor migas dan badan usaha milik masyarakat seperti BUMD, koperasi, dan UMKM.
“Kami sudah mengidentifikasi sekitar 33 ribu sumur rakyat,” katanya.
Selain Sumatra Selatan, tiga provinsi lain yang memiliki jumlah sumur minyak terbanyak adalah Jambi, Sumatra Utara, dan Jawa Tengah. Kementerian ESDM pun tengah memproses laporan gubernur kesiapan pengelolaan sumur minyak oleh pemerintah daerah, BUMD dan koperasi.
Dapat Dibeli Perusahaan Migas Sekitar
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa mulai 1 Agustus 2025, hasil produksi sumur rakyat dapat dibeli oleh perusahaan migas di wilayah tersebut. “Pertamina sebagai offtaker, dengan harga sekitar 70-80% dari ICP,” kata Bahlil pada 29 Juli 2025.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto berharap produksi minyak dari sumur rakyat mulai Agustus ini dapat langsung menambah lifting minyak nasional.
Menurut Djoko, berdasarkan perhitungan dari salah satu sumur rakyat di Blora, setiap sumur mampu menghasilkan 2 hingga 3 barel minyak per hari (bph). Jika 30 ribu sumur dapat dikelola dengan baik, potensi produksi bisa mencapai 60.000 hingga 90.000 bph.
“Data ini berasal dari sumur yang sudah masuk ke dalam sistem. Jika melihat kondisi di provinsi lain, potensi produksinya bisa jauh lebih besar. Saya memperkirakan potensi total produksi bisa mencapai 100 ribu bph,” ujar Djoko.
Meski potensi produksi mencapai angka tersebut, Djoko menegaskan bahwa fokus utama SKK Migas saat ini adalah merealisasikan produksi dari 30 ribu sumur yang telah teridentifikasi.
