Pertamina akan Impor Migas AS Tanpa Lelang, Tunggu Aturan Baru
PT Pertamina (Persero) mengatakan pembelian komoditas minyak dan gas bumi dari Amerika Serikat (AS) masih dalam proses dan menunggu Perpres terbit. Hal ini merupakan salah satu rangkaian kesepakatan negosiasi tarif resiprokal 19% yang ditetapkan AS kepada Indonesia.
“Kami masih menunggu peraturan (dari pemerintah),” kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri saat ditemui di DPR RI, Rabu (19/11).
Pemerintah saat ini sedang menyusun Peraturan Presiden (Perpres) yang akan memungkinkan PT Pertamina (Persero) membeli energi dari perusahaan AS tanpa melalui proses lelang (bidding).
Simon menyebut dengan adanya rencana impor ini perusahaan akan menyiapkan seluruh kilang mereka (untuk mengolah). Pertamina saat ini mengelola 6 kilang dengan total kapasitas terpasang sebanyak 1,15 juta barel per hari. Keenam kilang ini berfungsi untuk menyuplai 60-70% kebutuhan BBM nasional.
“Yang terpenting kami siapkan semua kemungkinan,” ujarnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya juga mengatakan bahwa kebijakan tersebut merupakan bagian dari kesepakatan tarif resiprokal antara Indonesia dan AS.
“Karena ini bagian dari reciprocal tariff. Jadi ini hanya untuk perusahaan AS, tanpa bidding,” ujar Airlangga dalam konferensi pers 13th US–Indonesia Investment Summit di Jakarta, Senin (17/11).
Airlangga menuturkan bahwa negosiasi antara Indonesia dan AS mengenai pembebasan tarif sejumlah komoditas unggulan kini memasuki tahap final. Pemerintah menargetkan seluruh proses dapat selesai tahun ini.
“Sebetulnya hampir semua teks sudah kita bahas. Jadi kita juga sudah kirim dengan Amerika, tinggal finalisasi legal drafting-nya,” katanya.
Impor Mulai Desember 2025
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia juga menyampaikan pengiriman minyak mentah maupun bahan bakar minyak (BBM) dari AS akan mulai berlangsung pada Desember tahun ini.
"Kalau LPG kan sudah berjalan, kemudian minyak kemungkinan besar di Desember ini sudah bisa ada yang start dari sana (AS)," kata Bahlil di Istana Merdeka Jakarta pada Selasa (18/11).
Bahlil Lahadalia sebelumnya menyampaikan pemerintah berencana mengerek porsi impor minyak mentah, liquefied petroleum gas atau LPG hingga BBM US$ 10 miliar atau Rp 168,56 triliun dari AS.
Menurut Bahlil, pemerintah berencana menaikan porsi impor LPG dari AS hingga 80%-85% untuk kebutuhan nasional. “Sekarang kan 54% impor LPG dari Amerika,” kata Bahlil di Istana Merdeka Jakarta pada Kamis (17/4).
Selain itu, pemerintah berencana menambah volume impor minyak mentah dari AS hingga 40% dari total kebutuhan dalam negeri. Menurut Bahlil, Indonesia baru membeli minyak mentah dari AS sekitar 4% untuk pemenuhan domestik.
Ia menambahkan, pemerintah tidak akan menambah kuota impor nasional. Peningkatan impor produk petroleum dari Amerika Serikat dilakukan dengan mengalihkan kuota impor dari negara lain.
