Perang Dagang Memanas, Hari Ini AS Terapkan Tarif Baru untuk Tiongkok
Tensi perang dagang Amerika Serikat (AS)-Tiongkok kembali memanas. Mulai hari ini, Minggu (1/9), AS resmi menerapkan tarif tambahan sebesar 15 % terhadap produk impor Tiongkok senilai US$ 110 miliar yang mencakup 3.243 jenis barang, termasuk di dalamnya produk furnitur, jam tangan pintar, dan juga pakaian.
Sementara itu kenaikan tarif terhadap sisa impor Tiongkok ke AS yang mencakup 555 jenis barang, termasuk produk telepon pintar atau smartphone, akan ditunda hingga 15 Desember 2019, untuk mengantisipasi kenaikan harga pada belanja Natal yang sudah semakin dekat.
Dengan berlakunya tarif baru tersebut, rata-rata tarif impor Tiongkok ke AS naik 3 % menjadi di atas 21 % atau setara dengan tingkat tarif yang berlaku selama era proteksionisme pra-Perang Dunia II. Sebaliknya rata-rata tarif Tiongkok terhadap impor asal AS naik menjadi 22 %.
Di saat yang sama, Tiongkok membalas penerapan tarif baru tersebut dengan penambahan tarif sebesar 5-10c% terhadap impor dari AS senilai US$ 75 miliar. Pada 1 September ini tarif baru akan berlaku terhadap 1.717 jenis barang termasuk kedelai dan minyak mentah. Sedangkan pada 15 Desember akan berlaku tarif baru terhadap 3.361 jenis barang termasuk mobil.
(Baca: Trump Tegaskan Kenaikan Tarif Barang Tiongkok Tetap Berlaku Besok)
Hingga saat ini, Tiongkok telah mengenakan tarif terhadap sekitar 70
Ada juga 11 perizinan di Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kemudian masing-masing 4 perizinan di Kementerian Pertahanan dan Kementerian Hukum dan HAM
% total impor asal AS. Setelah kenaikan tarif pada 15 Desember mendatang, yang akan dikecualikan dari kenaikan tarif tinggal produk-produk yang berdampak buruk terhadap perekonomian Tiongkok jika dikenakan tambahan tarif, seperti produk pesawat terbang.
Kebijakan AS ini pun mendulang pernyataan tegas dari kantor berita pemerintah Tiongkok, Xinhua, yang menilai bahwa sebagai satu-satunya negara adidaya, AS seharusnya bisa memikul tanggung jawab dan bekerjasama dengan negara lainnya di dunia untuk menjadikan dunia ini lebih baik dan sejahtera. “Pada saat itulah AS bisa kembali menjadi hebat lagi,” tulis Xinhua.
Pemerintah Tiongkok pun menegaskan bahwa kenaikan tarif tersebut tidak akan membendung pembangunan di sana. Booming-nya perekonomian Tiongkok menjadikan Negeri Panda tersebut menjadi ladang investasi yang sangat menarik bagi perusahaan asing.
Disamping kenaikan tarif yang sudah direncanakan akan berlaku pada 15 Desember mendatang, Pemerintah AS masih berencana untuk menaikkan tarif kembali sebesar 5% terhadap impor Tiongkok senilai US$ 250 miliar yang saat ini telah dikenakan tarif sebesar 25%.
(Baca: Dampak Perang Dagang, Google Pindahkan Pabrik Ponsel dari Tiongkok)
Terlepas dari mulai berlakutnya tarif baru pada 1 September ini, perwakilan dagang dari kedua negara tetap dijadwalkan untuk meneruskan perundingan seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Selama dua tahun terakhir AS telah memaksa Tiongkok untuk melakukan perubahan besar pada kebijakannya tentang perlindungan kekayaan intelektual.
Kebijakan tersebut termasuk transfer teknologi perusahaan AS kepada perusahaan-perusahaan Tiongkok, subsidi kepada sektor industri, serta terbatasnya akses pasar bagi perusahaan asing. Tuduhan AS tersebut dibantah oleh Tiongkok dan memastikan akan membalas kebijakan proteksionisme AS.