BPS: Ekspor April 2019 Turun 13,1% Jadi US$ 12,6 Miliar
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor April 2019 tercatat US$ 12,6 miliar atau turun 13,1% secara tahunan (year on year/yoy). Secara bulanan (month to month), angka ini turun 10,80% dibandingkan Maret lalu.
“Ekspor migas turun 37,06% (yoy) dan ekspor non migas juga turun 10,98%" kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (15/5/2019). Ekspor migas tercatat hanya sebesar US$ 741,9 juta dan ekspor nonmigas US$ 11,86 miliar.
(Baca: Ekspor Melambat, Neraca Dagang April Diperkirakan Defisit Lagi)
Ekonom Permata Bank Josua Pardede kepada Katadata.co.id sebelumnya mengatakan kinerja ekspor cenderung tertahan oleh tren penurunan volume permintaan dari mitra dagang utama. Hal ini tercermin dari penurunan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur dari Tiongkok dan India.
Selain itu, ekspor juga dipengaruhi oleh tren penurunan harga komoditas, seperti batubara yang secara rata-rata turun 12% secara bulanan. Namun, harga komoditas juga diimbangi dengan kenaikan harga minyak kelapa sawit yang naik 5% dibandingkan bulan sebelumnya.
Sementara, peningkatan impor didorong oleh impor barang konsumsi dalam rangka menjaga pasokan barang konsumsi menjelang Lebaran 2019. Di sisi lain, impor barang modal dan bahan baku diperkirakan akan cenderung melandai terindikasi dari aktivitas manufaktur Indonesia yang turun pada April lalu.
Karena itu, ia memperkirakan April 2019 terjadi defesit neraca dagang. “Neraca perdagangan April defisit US$ 376 juta, dibandingkan dua bulan sebelumnya yang surplus US$ 870 juta,” kata Josua.
Menko Darmin menyebutkan neraca dagang April akan defisit. Namun, impor migas diperkirakan akan menurun pada Juni mendatang. Impor migas akan menyusut lantaran PT Pertamina (Persero) akan memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun avtur.
“Pastinya neraca migas kita akan membaik ke depan tapi kita rapat dulu dengan Pertamina dan Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral),” ujarnya.
(Baca: Defisit Transaksi Berjalan Kuartal I Rekor Terburuk, NPI Bisa Surplus)