Bantah Deindustrialisasi, Kemenperin: Sumbangan PDB Manufaktur Tinggi
Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto pada debat pamungkas Sabtu (13/4) lalu mengatakan, Indonesia mengalami deindustrialisasi serta menyebut negara ini tidak memproduksi apa pun. Namun, hal itu dibantah Kementerian Perindustrian yang menyatakan kontribusi industri manufaktur Indonesia terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) masih tinggi, sekitar 20%.
Sekertaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengatakan, gejala deindustrialisasi salah satunya disebabkan oleh rendahnya kontribusi industri terhadap PDB atau menurun drastis.
(Baca: Adu Strategi Jokowi vs Prabowo Keluar dari Jebakan Pendapatan Menengah)
Kemenperin mencatat, kontribusi sektor industri terhadap PDB nasional saat ini masih berada di kisaran 20%. Sementara rata-rata kontribusi sektor manufaktur dunia sedang mengalami pelambatan atau hanya sebesar 17%.
Dengan angka tersebut, menjadikan Indonesia berada di peringkat kelima di antara negara G-20, setelah Tiongkok (29,3%), Korea Selatan (27,6%),Jepang (21%) dan Jerman (20,7%).
(Baca: Prabowo Soroti Deindustrialisasi, Jokowi Bangga Kuasai Freeport)
Dia juga mengklaim, kontribusi industri manufaktur terhadap perekonomian dalam negeri masih cukup tinggi. Hal ini tecermin dari meningkatnya pertumbuhan sektor, peningkatan investasi, peningkatan jumlah tenaga kerja dam penerimaan devisa ekspor. "Industrinya semakin tumbuh dan investasi jalan terus," katanya dalam keterangan tertulis.
Karena itu pemerintah mendorong pendalaman struktur industri di dalam negeri melalaui peningkatan investasi, sekaligus bertujuan untuk mensubstusi produk impor.
Menurut catatannya, investasi disektor industri manufaktur pada 2014 sekitar Rp195,74 triliun. Pada 2018, investasi sektor manufaktur naik menjadi Rp226,18 triliun.
Efek Berantai Investasi
Meningkatnya investasi industri, menurut Haris, juga membawa efek berantai bagi pertumbuhan sektor industri berskala besar dan sedang maupun skala kecil. Pada periode 2014-2017, terjadi penambahan populasi industri besar dan sedang sebanyak 5.898 unit usaha menjadi 30.992 unit usaha di 2017. Adapun di 2014, jumlahnya baru mencapai 25.094 unit.
Sementara di sektor industri kecil, juga terjadi penambahan sebesar 970 ribu unit usaha. Dari 3,52 juta unit usaha di 2014, tumbuh menjadi 4,49 juta unit usaha di 2017.
(Baca: Bappenas: Hilirisasi Industri Kawasan Timur Pacu Pertumbuhan Ekonomi)
Di sisi lapangan kerja, Kemenperin mencatat, hingga saat ini sektor industri telah menyerap tenaga kerja sebanyak 18,25 juta orang. Jumlah tersebut naik 17,4% dibanding 2015 yakni sekitar 15,54 juta orang. "Manufaktur konsisten berkontribusi terhadap nilai ekspor nasional hingga 73%,” ujarnya.
Ke depan, dengan adanya peta jalan Making Indonesia 4.0, industri nasional sedang bersiap agar lebih berdaya saing di era digital. Pemerintah menargetkan Indonesia bisa masuk jajaran negara 10 besar dengan perekonomian terkuat di dunia pada 2030. "Kami juga optimistis, Indonesia peringkat ke-4 pada 2045,” katanya.