Mahathir Mohamad Ajak Jokowi Lawan Kampanye Hitam Sawit Uni Eropa
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengajak Presiden Joko Widodo (Jokowi) melawan kampanye negatif terhadap kelapa sawit yang dilancarkan Uni Eropa. Isu ini menjadi permasalahan yang sama bagi kedua negara produsen sawit terbesar di dunia ini.
Tuduhan Uni Eropa bahwa perkebunan sawit menyebabkan kerusakan lingkungan, dapat menghambat ekspor komoditas tersebut dari Indonesia dan Malaysia. Menurut Mahatir, tuduhan ini tidak bisa dibuktikan kebenaranannya. "Bahwa minyak kelapa sawit ini didapatkan dari hutan yang ditebang pengusaha dan terkesan buruk. Itu tidak benar sama sekali," ujarnya usai menggelar pertemuan bilateral dengan Jokowi di Istana Bogor, Jumat (29/6).
(Baca: RI Akan Terlibat dalam Kajian Pembatasan Minyak Sawit di Uni Eropa)
Perdana Menteri berusia 92 tahun tersebut juga mengatakan tuduhan Uni Eropa ini lebih kental muatan ekonomi ketimbang isu lingkungan. Produk minyak kelapa sawit sangat ekonomis dan tidak bisa disaingi dengan produk minyak nabati lainnya. "Kita semua ingat Eropa dahulu juga ditutupi dengan hutan, tapi mereka tebang hampir semua hutannya," kata dia.
Indonesia menjadi negara Asia Tenggara pertama yang disambangi Mahathir setelah kembali menjabat Perdana Menteri Malaysia. Dia merasa persahabatan dengan negara tetangga seperti Indonesia akan diutamakan oleh Malaysia. Salah satu caranya dengan akan memperbaiki dan memperbanyak sekolah bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ada di Malaysia.
(Baca: Indonesia Minta Klarifikasi Impor Sawit Eropa 2030 melalui WTO)
Dia menjelaskan sekolah bagi TKI sudah ada di beberapa wilayah, seperti di semenanjung Malaysia. Namun, masih ada beberapa daerah seperti di Sabah dan Serawak belum ada. Mahathir menjanjikan negaranya akan memperbaiki hal ini, demi meningkatkan kualitas para pekerja Indonesia di Malaysia.
Menurut Jokowi perlindungan TKI dan sekolah bagi anak-anak Indonesia menjadi salah satu topik pembicaraan bilateral kedua pihak. Isu lain yang juga dibahas dengan Mahathir adalah pengembangan wilayah perbatasan kedua negara, tata kelola pemerintahan, korupsi, hingga isu Laut Cina Selatan.
"Komitmen kami penyelesaian lewat dialog berbasis hukum internasional yang akan dikedepankan," kata Jokowi. Pembahasan masing-masing isu ini akan dilanjutkan dalam pertemuan tingkat menteri kedua negara. (Baca: Perusahaan Indonesia Ekspor Perdana 60 Ribu Domba ke Malaysia)
Jokowi mengatakan kunjungan PM Malaysia Mahathir Mohamad merupakan kehormatan bagi Indonesia. Presiden mengenang kunjungannya yang cukup berkesan ke Kuala Lumpur, Malaysia, pada 2015. Saat itu dia diajak Mahathir untuk test drive mobil Proton dengan kecepatan 180 kilometer per jam.
“Sangat cepat sekali. Tapi saya tidak takut, saya tidak khawatir karena driver-nya adalah Bapak Tun Mahathir. Kalau driver-nya bukan beliau, saya kira mungkin saya takut,” kata Presiden Jokowi yang disambut senyum Mahathir di sampingnya.