Impor Bahan Baku Naik, BI Ramal Surplus Dagang Agustus Mengecil
Bank Indonesia (BI ) memperkirakan surplus neraca perdagangan pada bulan Agustus lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya. Penyebabnya adalah peningkatan aktivitas impor.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, BI memperkirakan surplus neraca dagang pada Agustus sekitar US$ 150 juta. “Angka-angka sementara yang kami perkirakan neraca dagangnya masih surplus kurang lebih sekitar 150 jutaan (dolar Amerika Serikat),” katanya usai rapat dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Selasa (13/9) malam. (Baca juga: Surplus Neraca Perdagangan Agustus Diprediksi Rendah)
Jumlah surplus neraca dagang Agustus itu lebih kecil dibandingkan bulan Juli lalu yang mencapai US$ 598,3 juta lantaran penurunan nilai impor mencapai 35,8 persen atau lebih besar dibandingkan penurunan nilai ekspor 17 persen daripada Juli 2015. Sedangkan mengecilnya surplus dagang pada Agustus 2016 akibat peningkatan impor bahan baku.
Perry menjelaskan, penurunan surplus disebabkan oleh peningkatan impor nonmigas, khususnya bahan baku. Peningkatan tersebut bukan hal buruk, melainkan menunjukkan perkembangan positif dalam dunia usaha.
"Dunia usaha melihat ada demand kembali, maka kegiatan produksi sudah dimulai," kata dia. Sebagai catatan, sebagian bahan baku produksi memang tidak bisa dipenuhi dari dalam negeri sehingga harus impor.
(Baca: Surplus Dagang Juli US$ 598 Juta, Kinerja Ekspor-Impor Kian Lemah)
Bukan hanya impor yang terpantau meningkat, menurut Perry, kinerja ekspor juga mengalami perbaikan khususnya untuk produk manufaktur. “Mesin, produk-produk kimia mengalami peningkatan,” kata dia. Selain itu, ada juga perbaikan pada ekspor minyak sawit akibat kenaikan harga komoditas tersebut.
Meski ekspor membaik, BI memantau pertumbuhan impor melaju lebih signifikan. Alhasil, surplus neraca perdagangan pada Agustus mengecil. Rencananya, Badan Pusat Statistik akan mengumumkan kondisi neraca perdagangan Agustus pada Kamis esok (15/9).
Surplus neraca dagang Agustus versi BI itu lebih rendah dari taksiran para ekonom. Ekonom DBS Group Gundy Cahyadi memperkirakan, ekspor turun 15,9 persen pada Agustus. Sedangkan impor melorot 12,2 persen.
Perlambatan kinerja ekspor yang dibarengi dengan perlambatan impor menyebabkan neraca perdagangan kembali surplus pada Agustus. “(Besarnya) US$ 0,5 miliar (setara US$ 500 juta),” ujarnya dalam keterangan tertulis, akhir pekan lalu.
Kondisi neraca perdagangan tersebut kemungkinan akan berlanjut hingga akhir tahun. Sebab, kinerja ekspor diyakini belum akan pulih. “Mengacu pada data sepanjang tahun ini, kami melihat sepertinya total ekspor tumbuh negatif, kemungkinan minus 9,8 persen,” kata dia.