Pemerintah Ancam Tindak Oknum yang Gelembungkan Harga Gula dan Bawang
Pemerintah akan menindak tegas oknum yang sengaja mempermainkan harga gula pasir dan bawang merah di tengah pandemi Covid-19. Langkah tersebut dilakukan untuk menjaga stabilitas harga pangan saat ramadan dan menjelang Lebaran.
Menteri Koordinator Airlangga Hartarto mengatakan, untuk mencegah permainan harga gula pasir, Satuan Tugas (satgas) pangan telah mengawasi proses pelelangan.
Pasalnya, gula pasir saat ini menjadi salah satu bahan pokok yang harganya melambung menjadi Rp17.500 per kilogram di pasar tradisional, atau jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp12.500 per kilogram.
(Baca: Harga Gula Masih Tinggi Akibat Keterlambatan Impor dan Distribusi)
Selain itu, harga bawang merah juga saat ini masih cukup tinggi. “Jika ada yang memanfaatkan situasi, satgas pangan sudah ditugasi untuk monitor setiap saat,” ujar Airlangga pada jumpa pers seusai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo.
Dalam rapat itu, Presiden Joko Widodo memerintahkan jajaran kementerian untuk mengungkap penyebab tingginya harga gula pasir dan bawang merah.
Bahkan, Presiden memiliki dugaan tingginya dua bahan pokok tersebut karena ada permainan harga yang menguntungkan segelintir pihak.
"Saya ingin lihat masalahnya di mana, apakah masalah distribusi, stoknya kurang, atau ada yang sengaja mempermainkan harga untuk sebuah keuntungan yang besar," kata Presiden.
(Baca: Jokowi Soroti Harga Bawang Merah dan Gula Pasir yang Tak Kunjung Turun)
Jokowi juga mengatakan di tengah pandemi corona, masyarakat sedang mengalami penurunan daya beli. Maka dari itu, untuk mengurangi beban masyarakat, seluruh harga bahan pokok harus terkendali dan terjangkau.
Untuk bawang merah, Presiden mencatat harga di pasaran mencapai Rp52 ribu per kilogram. Padahal seharusnya harga bawang merah bisa ditekan hingga Rp32 ribu per kilogram.
“Selain itu, gula pasir sampai saat ini, saya terus kejar, harga masih Rp17.000-17.500 per kilogram, padahal HET harusnya di Rp12.500 per kilogram," ujarnya.