Pemulihan Sektor Transportasi Diramal Berlanjut di Kuartal IV
Sektor transportasi mulai menunjukkan tanda pemulihan. Diperkiraan, sektor ini mulai tumbuh positif mulai triwulan III seiring dengan diberlakukannya fase Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi.
"Pulih dibandingkan saat PSBB diberlakukan, tapi memang belum begitu signifikan," kata Pengamat Transportasi Azas Tigor Nainggolan saat dihubungi Katadata, Jumat (4/9).
Menurutnya, pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan yang memberikan peluang bagi masyarakat untuk menggunakan secara aman. Hal ini yang lantas mendorong pergerakan semua jenis transportasi, baik angkutan darat, laut, dan udara.
Meski begitu, ia menilai ada sejumlah hal yang perlu diperbaiki guna meningkatkan pertumbuhan sektor transportasi. Seperti, aksesibilitas terhadap pemenuhan syarat perjalanan perlu dijamin oleh pemerintah.
Berdasarkan pengalamannya saat menaiki kapal di Pelabuhan Ketapang, Jawa Timur, teradapat persyaratan penumpang harus sudah melakukan tes cepat (rapid test) Covid-19 sebelum menaiki kapal.
Namun, pelabuhan bersangkautan tidak memberikan fasilitas rapid test di lokasi. Alhasil, penumpang perlu mencari fasilitas kesehatan yang menyediakan rapid test. Kondisi ini juga dinilai berpotensi memunculkan oknum-oknum dalam menjalankan praktik bisns curang.
Selain itu, proses verifikasi rapid test di pelabuhan tersebut dinilai birokratis. Semestinya, proses tersebut dipermudah agar pemenuhan protokol kesehatan tidak menjadi beban bagi penumpang.
"Jadi saya lihat regulasi dan implementasi antar sektor belum kompak. Ini yang membuat pertumbuhan kurang kencang," ujar dia.
Meski begitu, ia optimistis pertumbuhan sektor transportasi akan semakin tumbuh positif pada triwulan IV 2020. Hal ini dinilai akan berdampak terhadap sektor lainnya.
Ketua Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) sekaligus pengamat transportasi Djoko Setijowarno pun memperkirakan sektor transportasi mulai pulih seiring meningkatnya mobilitas masyarakat. Hal ini tampak dari penggunaan akses tol di Jawa yang sudah sekitar 80%.
"Penumpang yang mengalami kendala rapid test di pesawat akan memilih keluar kota melalui tol," ujar dia.
Alhasil, tren pertumbuhan sektor transportasi bisa semakin positif pada triwulan IV. Selain itu, dorongan penggunaan moda transportasi juga bisa datang dari kebijakan perjalanan dinas antar pulau. Kebijakan ini dapat memberi sumbangan yang signifikan terhadap penjualan tiket pesawat.
Namun, lonjakan penggunaan transportasi ini juga perlu disertai dengan adanya jaminan keamanan pelaku usaha dalam penerapan protokol kesehatan. Pemerintah juga diminta untuk menjalankan fungsi pengawasan selama pandemi masih bergulir, untuk mencegak penularan corona.
"Pemerintah sebagai regulator perlu sering mengawasi," katanya.
Sekretaris Dewan Pimpinan Pusat Organda Ateng Aryono mengatakan, sektor transportasi belum sepenuhnya pulih bila dibandingkan dengan masa sebelum Covid-19. Namun, penerapan adaptasi kebiasaan baru memang sedikit mendorong pergerakan transportasi darat.
"Rata-rata operasi mobil untuk pergerakan antar kota mencapai 40% dari kapasitas semua armada," ujar dia. Sementara, pergerakan transportasi rute tertentu mencapai 50% dari kapasitas armada.
Kemudian, rata-rata pergerakan dalam kota mencapai 60%. Sedangkan pergerakan di beberapa daerah masih di bawah 30% dari total kapasitas armada. Khusus Jakarta dan kota besar lainnya, pergerakan mobil mencapai 40-50%.
Ateng juga mencatat, ada peningkatan pergerakan kendaraan saat libur panjang 17 Agustus lalu. "Okupansi ada kenaikan rata-rata 70%," ujar dia.
Meski begitu, saat ini pergerakan kendaraan kembali menurun. Terlebih lagi, sejumlah daerah menerapkan larangan keluar rumah pada jam malam.
Ia pun memperkirakan, sektor transportasi belum pulih sampai ditemukan vaksin Covid-19. Oleh karena itu, Ateng memprediksi sektor transportasi masih akan bergerak fluktuatif hingga pertengahan 2021
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi paling dalam, yaitu minus 30,84% dibandingkan triwulan II 2019. Sektor tersebut memberikan sumbangan pada PDB triwulan II sebesar 3,57%.
Meski begitu, beberapa bandara di Indonesia telah menunjukkan kenaikan pergerakan pesawat. Begitu pula kegiatan ekonomi di terminal, stasiun hingga pelabuhan mulai menggeliat setelah pemerintah melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Lonjakan sektor transportasi mulai terjadi pada Juli 2020. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah penumpang semua mode transportasi pada periode tersebut dibandingkan bulan sebelumnya.
Kenaikan Penumpang
Menurut data BPS, jumlah penumpang pesawat domestik pada Juli sebanyak 1,5 juta orang atau naik 135,74% secara bulanan. Bagaimanapun, jumlah penumpang udara domestik dibanding Juli 2019 masih turun 79,58%. "Jadi ini belum pulih atau normal," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi virtual, Selasa (1/9).
Sementara itu, untuk moda angkutan laut, jumlah penumpang pada Juli 2020 tercatat sebanyak 836 ribu orang atau naik 29,63% dibanding bulan sebelumnya.
Peningkatan jumlah penumpang tertinggi terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok 1.000%, Belawan 600%, Makassar 77,27%, Tanjung Perak 62%, dan Balikpapan 50%. Jumlah penumpang kereta api di Jawa dan Sumatera yang berangkat pada Juli 2020 sebanyak 12,2 juta orang atau naik 31,73% dibanding Juni 2020.
Dari jumlah tersebut sebagian besar adalah penumpang commuter Jabodetabek, yaitu sebanyak 11,1 juta orang atau 90,83% dari total penumpang kereta. Peningkatan jumlah penumpang terjadi di semua wilayah Jabodetabek, Jawa non-Jabodetabek, dan Sumatera masing-masing naik 29,39%, 59,91%, dan 83,33%.
Suhariyanto menjelaskan alasan jumlah penumpang kereta api naik tinggi yaitu sudah bertambahnya frekuensi perjalanan kereta. Kemudian, jam operasional kereta api juga sudah kembali menjadi normal. "Jumlah penumpang KRL sekarang juga sudah 4 ribu orang meski masih jauh dari normal 9 ribu orang," katanya.