Investasi Properti Asia Pasifik 2021 Naik 20%, Logistik jadi Primadona
Investasi properti dan real estate di Asia-Pasifik diperkirakan naik 15% hingga 20% pada 2021. Properti sektor logistik diperkirakan lebih diminati dan diprediksi menjadi pendorong pertumbuhan permintaan, dibandingkan segmen perkantoran kawasan tersebut.
Permintaan properti logistik muncul di tengah derasnya permintaan dari peretail bahan makanan, perusahaan layanan kesehatan, dan penyedia e-commerce, menurut konsultan real estate, JLL. Investor mengejar imbal hasil di tengah suku bunga rendah
Investasi penyewaan properti hunian multi-keluarga, perumahan siswa (asrama atau kos-kosan), co-living dan perawatan, juga akan meningkat pada 2021.
Kepala Eksekutif Pasar Modal Asia-Pasifik JLL, Stuart Crow mengatakan pemulihan sektor usaha pada akhir tahun ini dan diprediksi berlanjut pada 2021. Alhasil, investor kembali meningkatkan eksposur ke real estate Asia-Pasifik.
"Untuk jangka panjang, prospek investasi tetap positif mengingat ekspektasi suku bunga rendah berkelanjutan dan pencarian imbal hasil," kata Crow dikutip dari South China Morning Post, Senin (28/12).
Di Asia-Pasifik, sektor logistik tetap tangguh meski dihantam pandemi global. Pada semester pertama 2020, ketika volume transaksi properti keseluruhan turun 32% secara tahunan (year on year/yoy) properti sektor logistik hanya turun 6%, menurut data JLL.
Pandemi corona telah mempercepat megatren serta mendukung segmen properti industri, seperti pusat data dan fasilitas penyimpanan dan barang-barang medis.
"(Tren ini) akan terus mendapatkan keuntungan dari arus modal karena ekspektasi permintaan jangka panjang yang positif dan pasokan yang terbatas," katanya.
Di Tiongkok, permintaan fasilitas atau gudang logistik menguat, terutama di Dongguan, sebuah kota di Greater Bay Area, menurut Colliers International.
“Dongguan, sebagai kota industri besar dengan jaringan jalan raya dan kereta api yang luas, telah menarik minat investor,” kata Kepala Peneliti Colliers International.
Kuatnya permintaan fasilitas logistik di Dongguan untuk fasilitas logistik sejalan dengan besarnya basis konsumen. Lokasi ini juga didukung kemudahan akses ke kota-kota di kawasan terkemuka seperti Guangzhou dan Shenzhen.
Di sisi lain, minat investasi logistik Asia Pasifik kian marak. Real estate logistik terbesar di Asia, ESR Cayman mengumumkan usaha patungan senilai US$ 750 juta dengan GIC Sovereign Wealth Fund Singapura mengembangkan aset industri logistik India.
“Pertumbuhan e-commerce di India dalam jangka panjang yang diperkuat oleh penetrasi internet yang meningkat, diharapkan dapat mendorong permintaan aset industri dan logistik,” kata Co-Head GIC Real Estat untuk Asia, Kishore Gotety.
Sementara itu, anak perusahaan Kerry Logistics Network yang berbasis di Hong Kong berencana untuk memperluas jaringan pengiriman paket di Asia Tenggara.
Kerry Express Thailand yang berhasil menghimpun dana 8,4 miliar baht (US$ 275 juta) melalui penjualan 300 juta saham di Bursa Efek Thailand Kamis lalu, juga berencana berinvestasi dalam sistem transportasi dan meningkatkan efisiensi operasional.
Tak hanya di Asia Pasifik, industri logistik diperkirakan meningkat di dalam negeri. Indonesia Economic Forum mengutip laporan Ken Research menyebutkan, tren pendapatan pasar logistik Indonesia semakin meningkat hingga 2024. Pada 2020, pendapatan logistik Indonesia US$ 220,9 miliar dan akan mencapai US$ 300,3 miliar pada 2024.
Pendapatan tersebut termasuk angkutan barang, pergudangan, serta kurir, ekspres, dan parsel. Kemudian juga terdapat nilai tambah layanan dan segmen logistik rantai dingin (cold chain logistics segments). Detailnya ditampilkan dalam databoks berikut: