Surplus Neraca Dagang Mei Diramal Susut, Imbas Larangan Ekspor CPO

Abdul Azis Said
15 Juni 2022, 07:37
Neraca dagang
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/rwa.
Suasana aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (15/4/2021).

Neraca dagang diperkirakan kembali mencatat surplus jumbo pada Mei 2022, meskipun pertumbuhannya tak setinggi bulan sebelumnya yang berhasil cetak rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Penurunan angka surplus ini tak lepas karena adanya larangan ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang sempat berlaku selama tiga pekan pertama Mei. 

Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual memperkirakan, surplus neraca dagang Mei akan sebesar US$ 4,15 miliar, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar US$ 7,56 miliar. Ekspor diramal tumbuh dua digit, mencapai 38,69% secara tahunan atau year on year (YoY). 

"Komoditas ekspor yang masih tinggi yakni batu bara, mineral seperti nikel dan tembaga, otomotif, mesin, sparepart dan lainnya," kata David kepada Katadata.co.id, Selasa (14/6). 

Menurut dia, larangan ekspor CPO ikut berkontribusi terhadap penurunan nilai surplus dagang Mei. Ia menghitung, jika kebijakan berlangsung sebulan penuh, maka penurunan  nilai ekspor bisa mencapai US$ 2-3 miliar. 

Selain karena adanya larangan ekspor CPO, penurunan surplus juga dipicu kinerja impor yang menguat. Ia memperkirakan impor tumbuh 35,83% secara YoY. Nilai impor minyak akan tinggi seiring kenaikan harga komoditas minyak dunia. 

"Impor masih tinggi terkait impor bahan baku terutama minyak seiring perbaikan mobilitas mastarakat," kata David. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan surplus neraca dagang Mei sebesar US$ 5,01 miliar. Surplus yang masih tinggi ini didukung kinerja ekspor yang masih moncer berkat harga komoditas, meskipun impor juga meningkat seiring pelonggaran aktivitaa dan kenaikan harga minyak dunia. 

Ia menyebut kinerja ekspor masih akan solid, meskipun ada larangan ekspor CPO. Ekspor Mei diramal tumbuh 46,35% secara YoY. Hal ini salah satunya ditopang kenaikan harga batu bara sebesar 289% secara YoY. 

"PMI Manufaktur Cina, yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia, naik ke 49,1 pada Mei dari level terendahnya selama 26 bulan pada April 2022 didukunh pelonggaran lockdown di Shanghai," kata Faisal dalam risetnya. 

Meski demikian, larangan ekspor CPO bulan lalu bukan tanpa efek negatif. Dampak kebijakan ini terhadap ekspor diperkirakan sebesar US$ 2-2,5 miliar. 

Sementara itu, impor diramal tumbuh 38,92% YoY, atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tumbuh 21,97%. Moncernya impor ditopang kinerja manufaktur RI yang masih bertahan di zona ekspansi serta kenaikan harga minyak dunia. 

"Ini dipengaruhi oleh dampak musiman lebaran yang secara substansi meningkatkan mobikitas dan permintaan," kata Faisal.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Lavinda

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...