Mendag Dorong Petani Tanam Cabai Hidroponik, Biayanya dari Mana?

Andi M. Arief
5 Juli 2022, 11:28
Pedagang cabai melayani pembeli di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (4/7/2022).
ANTARA FOTO/Budi Prasetiyo/wsj.
Pedagang cabai melayani pembeli di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (4/7/2022).

Kementerian Perdagangan (Kemendag) berupaya menekan fluktuasi harga cabai dengan menjaga stabilitas pasokan sepanjang tahun.  Salah satunya yaitu dengan mendorong petani menanam cabai secara hidroponik.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan bahwa pihaknya dan Kementerian Pertanian akan mendorong petani untuk menanam cabai secara hidroponik. Metode tanam ini meminimalisir pengaruh cuaca pada penamanan cabai.

Namun demikian, tanam cabai hidroponik tersebut membutuhkan biaya yang tinggi. Oleh sebab itu, pria yang akrab disapa Zulhas tersebut akan menjembatani petani dengan skema kredit usaha rakyat (KUR).

"Jangka panjang, lewat skema KUR, akan kembangkan tanaman (cabai) hidroponik. Jadi, (pasokan cabai) tidak terpengaruh soal musim, nanti kami harapkan cabai bisa stabil harganya," kata Zulkifli di Pasar Ciracas, Selasa (5/7). 

 Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kemendag, Isy Karim, mengatakan bahwa fluktuasi harga cabai disebabkan oleh karakteristik waktu panen cabai dan preferensi konsumen di dalam negeri. 

Isy mengataka,n cabai merupakan komoditas yang hanya dapat ditanam dan dipanen pada musim tertentu. Sementara itu, preferensi konsumsi masyarakat adalah cabai segar yang tidak bisa bertahan lama. 

"Jika masyarakat kita preferensinya pada cabai segar terus, ya (harga cabai) akan terus (berfluktuasi) begini, (karena cabai) itu kan tanaman semusim. Kalau cuaca nggak bagus, ya akan naik harganya," kata Isy. 

Isy mengatakan, Kemendag pernah mensosialisasikan konsumsi cabai bubuk kepada masyarakat. Adapun, cabai bubuk memiliki masa penyimpanan yang jauh lebih lama, namun sosialisasi tersebut kurang berhasil. 

Isy mencatat, saat ini masa penyimpanan cabai segar hanya mencapai dua bulan dengan teknologi ozonisasi. Rata-rata masa penyimpanan cabai adalah 30 hari. 

 Pasok Jabodetabek

Selain itu, mitigasi yang disiapkan Kemendag adalah menyiapkan lahan cabai sekitar 200 hektar untuk mendukung pasokan penyangga kebutuhan kawasan Jabodetabek. Pemerintah akan bekerja sama dengan Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) dan Perum Perhutani dalam melaksanakan program tersebut.

Sementara itu, Badan Pangan Nasional (BPN) menyatakan sedang mencari teknologi penyimpanan untuk beberapa komoditas pangan, seperti bawang merah dan cabai rawit merah. Langkah ini dinilai penting untuk membentuk stok penyangga pangan di dalam negeri. 

Kepala BPN, Arief Prasetyo Adi, mengatakan bahwa stok bawang merah dan cabai rawit merah saat ini tercatat defisit. Salah satu mitigasi yang sedang dijelajahi BPN adalah membuat stok penyangga untuk komoditas tersebut. 

"Kita harus punya cadangan (pangan) sehingga perlu teknologi untuk melakukan penyimpanan cabai dan bawan. Kami sedang cari teknologinya supaya bisa memperpanjang shelf life sampai 3-5 bulan," kata Arief.

 Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional mencatat rata-rata harga cabai rawit (per kg) harian di pasar modern di beberapa provinsi telah menyentuh angka Rp 101,4 ribu per kg, data per Jumat, 01 Juli 2022. Secara keseluruhan, rata-rata minggu ini naik dibandingkan rata-rata pekan sebelumnya yang tercatat Rp. 71,04 ribu per kg.

Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...