Konsumen Malaysia Belum Kembali, Penjualan Pasar Tanah Abang Lesu
Tingkat pengunjung atau okupansi Pasar Tanah Abang masih belum pulih atau hanya sekitar 60% dari masa sebelum pandemi. Salah satu penyebabnya adalah belum kembalinya wisatawan mancanegara seperti dari Malaysia, Brunei, dan negara Asia Tenggara lainnya.
Pengelola Pasar Tanah Abang Blok A, Hery Supriyatna, mengatakan rata-rata jumlah kunjungan pada 2017 mencapai 40 ribu sampai 50 ribu orang per hari
"Kalau untuk saat ini pengunjung masih belum normal sekali, hanya sekitar 60 persen sebelum pandemi," kata Hery, saat dihubungi Katadata.co.id, Minggu (4/9).
Dia mengatakan, rendahnya okupansi Pasar Tanah Abang disebabkan daya beli konsumen yang belum pulih. Hal itu ditambah kenaikan harga bahan bakar minyak yang ditetapkan pemerintah belum lama ini.
"Pandemi sangat menurunkan daya beli, misalnya jika sebelum pandemi membeli 10 kodi, sekarang mungkin belanja lima kodi," ujarnya.
Menurut Hery, konsumen lebih banyak mengedepankan untuk memenuhi kebutuhan pangan terlebih dahulu. "Sementara untuk pakaian, orang lebih memilih untuk menunda pembeliannya karena kan masih ada yang lama,"ujarnya.
Konsumen Malaysia
Selain daya beli yang rendah, rendahnya okupansi Tanah Abang juga disebabkan oleh belum kembalinya konsumen-konsumen dari mancangera. Sebelumnya, pasar Tanah Abang tidak hanya dikunjungi oleh pelanggan dalam negeri, tapi juga mancanegara.
Namun sejak pandemi Covid-19, jumlah konsumen mancanegara yang berbelanja ke Pasara Tanah Abang menurun signifikan. Apalagi ada pembatasan negara untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Sebelum pandemi Covid-19, jumlah kunjungan konsumen mancanegara bisa mencapai 20%-25% dari total pembeli Pasar Tanah Abang. Para konsumen tersebut biasa membeli kebutuhan sandang di Pasar Tanah Abang untuk dijual kembali di negaranya. Oleh karena itu, jumlah barang yang dibeli biasanya partai besar.
"Konsumen Malaysia, Brunei itu kalo sekali berkunjung ke Pasar Tanah Abang bisa mencapai Rp 150 juta hingga Rp 200 juta.
Menurut Hery ada berbagai alasan kenapa konsumen mancanegara tersebut belum kembali berbelanja ke Pasar Tanah Abang. "Karena kondisi ekonomi di negaranya juga belum stabil, bisa juga karena pengaruh harga tiket pesawat yang mahal," katanya.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2021 mencapai Rp16,97 kuadriliun. Adapun konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar Rp9,24 kuadriliun. Porsinya mencapai 54,42% atau lebih dari separuh PDB nasional.
Selama periode 2010-2021 konsumsi rumah tangga mencatatkan kontribusi paling besar pada tahun awal pandemi, yakni sebesar 57,65% pada 2020.